Berfirmanlah
TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena
manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun
saja." (Kejadian 6:3)
Sekilas baca saja
orang akan faham bahwa dalam ayat ini Tuhan telah membatasi usia manusia tidak
akan melebihi usia 120 Tahun saja, sebab manusia itu adalah daging.
“Roh-Ku tidak akan
selama-lamanya tinggal di dalam manusia..” artinya, jika Roh Tuhan tidak ada
dalam diri manusia maka saat itulah manusia mengalami kematian.
Apa penyebab Tuhan
membuat aturan ini?
Jika kita baca
Kejadian 6:1-2 sebagai berikut :
6:1. Ketika manusia
itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir
anak-anak perempuan,
6:2 maka anak-anak
Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara
perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.
Dengan kata lain,
Tuhan membuat keputusan bahwa umur manusia tidak akan melebihi 120 Tahun saja
disebabkan oleh banyak-nya pernikahan pada waktu itu (lihat tulisan kuning)
dilakukan oleh para penduduk bumi, dan tentu saja ini sesuatu yang konyol.
Dan lebih aneh lagi,
ternyata Tuhan menjilat ludahnya sendiri dengan menghadirkan manusia-manusia
yang berusia lebih dari 120 Tahun setelah pernyataannya, seperti : Nuh berusia
900 Tahun (Kejadian 9:29), Terah berusia 250 Tahun (Kejadian 11:32), Ismael
berusia 137 Tahun (Kejadian 25:17), Harun berusia 123 Tahun (Kejadian 33:39)
dan masih banyak lagi, bahkan di abad-abad sekarangpun ternyata masih ditemukan
beberapa manusia yang berusia lebih dari 120 Tahun seperti Li Chun Yun
Orang Kristen yang
menyadari kekeliruan ini segera memikirkan jalan keluar agar aqidah mereka
tetap bisa di pertahankan, salah satunya dengan membuat pernyataan bahwa “yang
dibatasi oleh Tuhan dalam ayat itu bukan lah usia manusia, melainkan jangka
waktu firman itu dengan air Bah yang akan membinasakan manusia-manusia durhaka”
salah satunya bisa dilihat
disini. Padahal sudah saya jelaskan diatas
bahwa pembatasan ini, murni setelah Tuhan melihat banyak manusia menikah dan
beranak pinak (tidak ada kasus lain yang diceritakan dalam pasal ini selain
pernikahan manusia).
Mari kita lanjutkan
ayat-nya agar tidak di tuduh memenggal ayat
6:4. Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan
juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri
anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi
mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala,
orang-orang yang kenamaan.
6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di
bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan
semata-mata,
6:6. maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan
manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
Dalam 3 ayat ini
lagi-lagi penekanannya karena manusia pada saat itu melakukan pernikahan dan
beranak pinak, dan entah apa sebab-nya ketika Tuhan melihat ini, Tuhan berkesal
hati dan menganggap apa yang dilakukan oleh manusia pada waktu itu adalah
sebuah kejahatan (menikah dan beranak pinak, adalah kejahatan?).
Menurut teologi
mereka, 120 Tahun bukanlah pembatasan usia manusia, melainkan “batas waktu yang
di tetapkan Tuhan untuk mengadili mereka yaitu dengan datangnya banjir Nuh”.
Namun mari kita lihat dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia sehari-hari :
Maka
berkatalah TUHAN, "Aku tidak memperkenankan manusia hidup selama-lamanya;
mereka makhluk fana, yang harus mati. Mulai sekarang
umur mereka
tidak akan melebihi 120 tahun." (BIS Kejadian 6:3)
Tapi okelah, kita
ikuti dulu teori mereka yang mengatakan bahwa ini bukan tentang usia manusia, melainkah
jangka waktu yang ditetapkan Tuhan untuk mengadili mereka.
Apakah benar sejak
Tuhan marah, Dia membutuhkan 120 Tahun kemudian untuk mendatangkan banjir?
Dengan kata lain Tuhan bersabar dulu selama 120 Tahun untuk menunggu
manusia-manusia itu bertobat?
Disini para Teologi
harus bisa mendatangkan bukti hitungan (matematika), agar teorinya tidak hanya
sekedar pembelaan buta semata atas kitab yang dipercayainya. Dan ajaib sebagian
mereka ada yang berpendapat bahwa Nuh membuat kapal itu selama 120 tahun
lamanya, dan tentu ini agak sulit diterima sebab sebelum kapal selesai maka
akan ada bagian kayu kapal yang sudah lapuk.
Usia Nuh Ketika Banjir Datang
Nuh masih hidup tiga ratus lima puluh tahun sesudah air bah.
(Kejadian 9:28)
Jadi Nuh mencapai
umur sembilan ratus lima puluh tahun, lalu
ia mati. (Kejadian 9:29)
950 – 350 = 600.
Jadi ketika banjir
datang, Nuh berusia 600 Tahun. Hal ini sesuai dengan yang tercatat dalam kitab
Kejadian 7:11
Usia Sem Ketika Banjir Datang.
Setelah Nuh berumur lima ratus tahun, ia memperanakkan
Sem, Ham dan Yafet. (Kejadian 5:32)
Inilah keturunan Sem.
Setelah Sem berumur seratus tahun, ia
memperanakkan Arpakhsad, dua tahun setelah air bah
itu. (Kejadian 11:10)
Ketika banjir datang,
usia Sem 98 Tahun (100 – 2)
Dan mari perhatikan
ayat berikut : Ketika manusia itu mulai bertambah
banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan.
(Kejadian 6:1)
Perhatikan ungkapan “KETIKA”
dalam ayat tersebut. Ini menunjukan waktu disaat Nuh sudah memiliki 3 orang
anak. Artinya Nuh berusia 500 Tahun (batas maximal).
Ketika Nuh berusia
500 Tahun inilah Tuhan murka melihat kejahatan di muka bumi, sehingga menyuruh
Nuh membuat kapal.
Jika ketika Tuhan
marah, usia Sem waktu itu adalah 1 tahun, maka Nuh hanya membuat kapal 98 Tahun
(usia Sem waktu itu). Ini batas maximal perhitungan, APALAGI kalau ternyata Sem
sudah menikah ketika Tuhan menyuruh Nuh membuat kapal. Berarti batas maximal
Nuh membuat kapal hanya 70-an Tahun saja (98 tahun – Usia Sem saat menikah)
Jadi teori Nuh
membuat kapal menghabiskan waktu 120 Tahun hanyalah teori tidak mendasar yang
tidak sesuai dengan apa yang tercatat dalam Alkitab. Begitu juga teori “Jangka
waktu murka Tuhan” tidak bisa diterapkan sebab sebelum 120 Tahun, Tuhan sudah
mengirimkan banjir.
Kejanggalan Kapal Nuh
Dalam kitab Kejadian 6:15
dijelaskan bahwa Nuh membuat kapal dengan panjang 133 meter, lebar 22 meter,
tinggi 13 meter dan di buat dalam 3 tingkat.
Kapal ini hanya di
isi 8 orang yaitu Nuh, istrinya, 3 anaknya dan 3 menantunya (Kejadian 6:18). Kemudian
Tuhan menyuruh mengangkut seluruh hewan yang ada di bumi ini masing-masing 7
pasang, kecuali hewan yang di haramkan hendaknya dibawa sepasang saja.
(Kejadian 7:2-3) ayat ini kontradiksi dengan
perintah membawa masing-masing hewan satu pasang saja (Kejadian 6: 19-20)
Tujuh pasang berarti
sama dengan 14 ekor, coba kita kali-kan jutaan hewan yang ada di dunia ini. Muatkah
kapal sebesar itu menampungnya? Belum lagi stok makanan hewan itu selama di
dalam kapal yang terombang-ambing selama 150 hari, tentu akan memakan banyak
tempat juga.
“Bawalah
juga segala macam makanan untukmu dan untuk binatang-binatang itu."
(BIS, Kejadian 6:21)
Untuk mengelabui
pembaca, para apologis merujuk kepada kitab-kitab berbahasa asing agar
seolah-olah teori mereka benar dan pembaca melupakan Matematika-nya. Buktinya
mereka hanya membahas “Yadon” (penghakiman), Yavan (Hari-hari) tapi tidak
pernah melirik pada hitungan-hitungan seperti yang saya lakukan di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar