Kamis, 27 Agustus 2015

120 TAHUN SAJA?

Tidak ada komentar:

Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja." (Kejadian 6:3)

Sekilas baca saja orang akan faham bahwa dalam ayat ini Tuhan telah membatasi usia manusia tidak akan melebihi usia 120 Tahun saja, sebab manusia itu adalah daging.

“Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia..” artinya, jika Roh Tuhan tidak ada dalam diri manusia maka saat itulah manusia mengalami kematian.

Apa penyebab Tuhan membuat aturan ini?

Jika kita baca Kejadian 6:1-2 sebagai berikut :

6:1. Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, 

6:2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.

Dengan kata lain, Tuhan membuat keputusan bahwa umur manusia tidak akan melebihi 120 Tahun saja disebabkan oleh banyak-nya pernikahan pada waktu itu (lihat tulisan kuning) dilakukan oleh para penduduk bumi, dan tentu saja ini sesuatu yang konyol.

Dan lebih aneh lagi, ternyata Tuhan menjilat ludahnya sendiri dengan menghadirkan manusia-manusia yang berusia lebih dari 120 Tahun setelah pernyataannya, seperti : Nuh berusia 900 Tahun (Kejadian 9:29), Terah berusia 250 Tahun (Kejadian 11:32), Ismael berusia 137 Tahun (Kejadian 25:17), Harun berusia 123 Tahun (Kejadian 33:39) dan masih banyak lagi, bahkan di abad-abad sekarangpun ternyata masih ditemukan beberapa manusia yang berusia lebih dari 120 Tahun seperti Li Chun Yun

Orang Kristen yang menyadari kekeliruan ini segera memikirkan jalan keluar agar aqidah mereka tetap bisa di pertahankan, salah satunya dengan membuat pernyataan bahwa “yang dibatasi oleh Tuhan dalam ayat itu bukan lah usia manusia, melainkan jangka waktu firman itu dengan air Bah yang akan membinasakan manusia-manusia durhaka” salah satunya bisa dilihat disini. Padahal sudah saya jelaskan diatas bahwa pembatasan ini, murni setelah Tuhan melihat banyak manusia menikah dan beranak pinak (tidak ada kasus lain yang diceritakan dalam pasal ini selain pernikahan manusia).

Mari kita lanjutkan ayat-nya agar tidak di tuduh memenggal ayat

6:4. Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. 

6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,  

6:6. maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.

Dalam 3 ayat ini lagi-lagi penekanannya karena manusia pada saat itu melakukan pernikahan dan beranak pinak, dan entah apa sebab-nya ketika Tuhan melihat ini, Tuhan berkesal hati dan menganggap apa yang dilakukan oleh manusia pada waktu itu adalah sebuah kejahatan (menikah dan beranak pinak, adalah kejahatan?).

Menurut teologi mereka, 120 Tahun bukanlah pembatasan usia manusia, melainkan “batas waktu yang di tetapkan Tuhan untuk mengadili mereka yaitu dengan datangnya banjir Nuh”. Namun mari kita lihat dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia sehari-hari :

Maka berkatalah TUHAN, "Aku tidak memperkenankan manusia hidup selama-lamanya; mereka makhluk fana, yang harus mati. Mulai sekarang umur mereka tidak akan melebihi 120 tahun." (BIS Kejadian 6:3)

Tapi okelah, kita ikuti dulu teori mereka yang mengatakan bahwa ini bukan tentang usia manusia, melainkah jangka waktu yang ditetapkan Tuhan untuk mengadili mereka.

Apakah benar sejak Tuhan marah, Dia membutuhkan 120 Tahun kemudian untuk mendatangkan banjir? Dengan kata lain Tuhan bersabar dulu selama 120 Tahun untuk menunggu manusia-manusia itu bertobat?

Disini para Teologi harus bisa mendatangkan bukti hitungan (matematika), agar teorinya tidak hanya sekedar pembelaan buta semata atas kitab yang dipercayainya. Dan ajaib sebagian mereka ada yang berpendapat bahwa Nuh membuat kapal itu selama 120 tahun lamanya, dan tentu ini agak sulit diterima sebab sebelum kapal selesai maka akan ada bagian kayu kapal yang sudah lapuk.

Usia Nuh Ketika Banjir Datang

Nuh masih hidup tiga ratus lima puluh tahun sesudah air bah. (Kejadian 9:28)

Jadi Nuh mencapai umur sembilan ratus lima puluh tahun, lalu ia mati. (Kejadian 9:29)

950 – 350 = 600.

Jadi ketika banjir datang, Nuh berusia 600 Tahun. Hal ini sesuai dengan yang tercatat dalam kitab Kejadian 7:11

Usia Sem Ketika Banjir Datang.

Setelah Nuh berumur lima ratus tahun, ia memperanakkan Sem, Ham dan Yafet. (Kejadian 5:32)

Inilah keturunan Sem. Setelah Sem berumur seratus tahun, ia memperanakkan Arpakhsad, dua tahun setelah air bah itu. (Kejadian 11:10)

Ketika banjir datang, usia Sem 98 Tahun (100 – 2)

Dan mari perhatikan ayat berikut : Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan. (Kejadian 6:1)

Perhatikan ungkapan “KETIKA” dalam ayat tersebut. Ini menunjukan waktu disaat Nuh sudah memiliki 3 orang anak. Artinya Nuh berusia 500 Tahun (batas maximal).

Ketika Nuh berusia 500 Tahun inilah Tuhan murka melihat kejahatan di muka bumi, sehingga menyuruh Nuh membuat kapal.

Jika ketika Tuhan marah, usia Sem waktu itu adalah 1 tahun, maka Nuh hanya membuat kapal 98 Tahun (usia Sem waktu itu). Ini batas maximal perhitungan, APALAGI kalau ternyata Sem sudah menikah ketika Tuhan menyuruh Nuh membuat kapal. Berarti batas maximal Nuh membuat kapal hanya 70-an Tahun saja (98 tahun – Usia Sem saat menikah)

Jadi teori Nuh membuat kapal menghabiskan waktu 120 Tahun hanyalah teori tidak mendasar yang tidak sesuai dengan apa yang tercatat dalam Alkitab. Begitu juga teori “Jangka waktu murka Tuhan” tidak bisa diterapkan sebab sebelum 120 Tahun, Tuhan sudah mengirimkan banjir.

Kejanggalan Kapal Nuh

Dalam kitab Kejadian 6:15 dijelaskan bahwa Nuh membuat kapal dengan panjang 133 meter, lebar 22 meter, tinggi 13 meter dan di buat dalam 3 tingkat.

Kapal ini hanya di isi 8 orang yaitu Nuh, istrinya, 3 anaknya dan 3 menantunya (Kejadian 6:18). Kemudian Tuhan menyuruh mengangkut seluruh hewan yang ada di bumi ini masing-masing 7 pasang, kecuali hewan yang di haramkan hendaknya dibawa sepasang saja. (Kejadian 7:2-3) ayat ini kontradiksi dengan perintah membawa masing-masing hewan satu pasang saja (Kejadian 6: 19-20)

Tujuh pasang berarti sama dengan 14 ekor, coba kita kali-kan jutaan hewan yang ada di dunia ini. Muatkah kapal sebesar itu menampungnya? Belum lagi stok makanan hewan itu selama di dalam kapal yang terombang-ambing selama 150 hari, tentu akan memakan banyak tempat juga.

“Bawalah juga segala macam makanan untukmu dan untuk binatang-binatang itu." (BIS, Kejadian 6:21)

Untuk mengelabui pembaca, para apologis merujuk kepada kitab-kitab berbahasa asing agar seolah-olah teori mereka benar dan pembaca melupakan Matematika-nya. Buktinya mereka hanya membahas “Yadon” (penghakiman), Yavan (Hari-hari) tapi tidak pernah melirik pada hitungan-hitungan seperti yang saya lakukan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top