Banjir Nuh menurut
Alkitab terjadi di seluruh permukaan Bumi sehingga hanya menyisakan 8 orang
saja yaitu : Nuh, Istrinya, 3 anaknya dan 3 menantunya. Ini artinya, Tuhan
memulai kehidupan baru seperti kehidupan Adam dan Hawa terdahulu.
Cerita seperti ini
tentu harus dipertanyakan kebenarannya sebab Mustahil Tuhan memiliki sifat “menyesal”
atas rancangannya sendiri. Dan sebagai Yang Maha Tahu, tentu Dia seharusnya
tahu apa yang sudah terjadi dan yang akan terjadi. Kecuali jika Tuhan tidak
Maha Tahu, tentu penyesalan ini beralasan.
Mungkinkah Tuhan
menciptakan manusia dengan harapan mereka berbuat baik, eh ternyata mereka malah
bertindak jahat? Berarti orang Kristen punya keyakinan bahwa Tuhan sudah salah
memprediksi ciptaannya.
Maka menyesallah
TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu
memilukan hati-Nya. (Kejadian 6:6)
Berfirmanlah
TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka
bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung
di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku
telah menjadikan mereka." (Kejadian 6:7)
Berbeda dengan
keyakinan umat Islam, bahwa Tuhan tidak akan meng-azab suatu kaum sebelum Dia
mengutus seorang utusan kepada kaum tersebut. Hal ini berbeda denga keyakinan
Kristen, Tuhan mengazab penduduk yang ada di Amerika, Indonesia sebelum dia
mengutus seorang utusanpun sehingga hanya Nuh saja yang di anggap baik oleh
Tuhan pada waktu itu. Jadi bagaimana mungkin mereka (penduduk bumi) tau yang
diinginkan Tuhan, jika Tuhan tidak mengutus seorang pun kepada kaum itu untuk
menjelaskan kehendak-Nya?
Penyesalan Tuhan ini
sangat aneh sebab seolah-olah Dia membuat bumi dan isi-nya dengan asal-asalan,
tanpa perhitungan dan tanpa pengetahuan sama sekali. Logika manusia, menyesal
adalah bentuk keputus asaan setelah melihat kenyataan meleset dari target awal.
Dan penyesalan ini sangat wajar sebab manusia bukan makhluk yang Maha tahu.
Demikianlah
dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun
hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu
dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang
bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu. (Kejadian 7:23)
KEBINGUNGAN PENULIS
Dan
berkuasalah air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya.
(Kejadian 7:24)
Setelah 150 hari,
perlahan air mulai surut sehingga pada bulan ke-tujuh, kapal Nuh kandas di
sebuah pegunungan yang bernama Ararat.
Tapi ada yang aneh...
Sampai bulan yang kesepuluh makin
berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu bulan itu,
tampaklah puncak-puncak gunung. (Kejadian 8:5)
Tiga bulan kemudian,
air surut sehingga puncak-puncak gunung mulai terlihat.
Yang anehnya dimana?
Pegunungan Ararat
bukanlah tempat yang tertinggi dikawasan tersebut, jadi seharusnya puncak
gunung harus terlebih dahulu terlihat ketimbang kandasna kapal tersebut.
Jelaslah penulis kitab Kejadian ini buta topografi sehingga ia menganggap bahwa
pegunungan ararat merupakan pegunungan yang paling tinggi dibanding Everst dan
gunung-gunung lainnya.
40 hari kemudian, Nuh
melepas burung Gagak dan merpati namun burung itu kembali karena tidak
menemukan tempat bertengger (Kejadian 8:6-9). Artinya, air pada waktu itu masih
sangat tinggi dan belum ada pohon yang terlihat.
Ia
menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera; menjelang waktu senja pulanglah
burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari
atas bumi. (Kejadian 8:10-11)
Mungkinkah ada
tumbuhan segar setelah 150 hari + 3 bulan + 40 hari + 7 hari terendam oleh air
setinggi gunung? Coba saja kita perhatikan, sebelum tujuh hari merpati itu
pulang karena tidak menemukan tempat bertengger. Artinya tumbuhan masih terendam
air ketika itu. Tiba-tiba seminggu kemudian, burung membawa pucuk zaitun yang
segar, apa tidak mengherankan?
Jelas Tuhan tidak
akan sesembrono ini membuat sebuah kitab yang jauh dari ilmiah, ini pasti ulah
manusia lama yang belum punya pengetahuan apa-apa selain dari menceritakan
dongeng yang pernah ia dengar mungkin dari nenek moyangnya dahulu.
Dalam
tahun keenam ratus satu, dalam bulan
pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi;
kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi
sudah mulai kering. Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu,
bumi telah kering. (Kejadian 8:13-14)
Menurut ayat ini, air
total kering setelah setahun lamanya, perhitungan ini diambil ketika banjir
usia Nuh saat itu 600 tahun.
Artinya, Nuh memberi
makan hewan-hewan dalam kapal yang jumlahnya jutaan ekor itu dengan stok yang
ada di kapal. Jika seekor kuda membutuhkan rumput segar dan sudah dipersiapkan
oleh Nuh, apakah 1 tahun kemudian rumputnya masih segar? Atau Nuh menanamnya
diatas kapal?
Dan sudah saya
singgung diartikel sebelumnya, ukuran kapal sekecil itu tentu tidak akan memuat
cukup jutaan hewan dan stok makanan untuk 1 tahun. Dengan kata lain, Nuh harus
memiliki kapal 50x lipat lebih besar lagi.
Lalu
Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan
dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah
beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban
bakaran di atas mezbah itu. (Kejadian 8:20)
Dalam Kejadian
6:18-20, Tuhan menyuruh Nuh mengambil hewan sepasang-sepasang agar tidak punah.
Namun setelah mendarat, Nuh malah mengorbankan (membunuh) hewan dan burung yang
tidak di haramkan. Kebayang kan, hewan Cuma itu-itunya malah dibunuh untuk
dijadikan korban bakaran? Punah donk... dan seharusnya sekarang tidak ada lagi
burung, ayam, sapi, kambing, dan lain-lain.
Itu artinya, Nuh
harus membuat kapal lebih besar lagi, dan cadangan makanan yang lebih banyak
lagi....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar