Kamis, 27 Agustus 2015

BANJIR NUH

Tidak ada komentar:

Banjir Nuh menurut Alkitab terjadi di seluruh permukaan Bumi sehingga hanya menyisakan 8 orang saja yaitu : Nuh, Istrinya, 3 anaknya dan 3 menantunya. Ini artinya, Tuhan memulai kehidupan baru seperti kehidupan Adam dan Hawa terdahulu.

Cerita seperti ini tentu harus dipertanyakan kebenarannya sebab Mustahil Tuhan memiliki sifat “menyesal” atas rancangannya sendiri. Dan sebagai Yang Maha Tahu, tentu Dia seharusnya tahu apa yang sudah terjadi dan yang akan terjadi. Kecuali jika Tuhan tidak Maha Tahu, tentu penyesalan ini beralasan.

Mungkinkah Tuhan menciptakan manusia dengan harapan mereka berbuat baik, eh ternyata mereka malah bertindak jahat? Berarti orang Kristen punya keyakinan bahwa Tuhan sudah salah memprediksi ciptaannya.

Maka  menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. (Kejadian 6:6)

Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." (Kejadian 6:7)

Berbeda dengan keyakinan umat Islam, bahwa Tuhan tidak akan meng-azab suatu kaum sebelum Dia mengutus seorang utusan kepada kaum tersebut. Hal ini berbeda denga keyakinan Kristen, Tuhan mengazab penduduk yang ada di Amerika, Indonesia sebelum dia mengutus seorang utusanpun sehingga hanya Nuh saja yang di anggap baik oleh Tuhan pada waktu itu. Jadi bagaimana mungkin mereka (penduduk bumi) tau yang diinginkan Tuhan, jika Tuhan tidak mengutus seorang pun kepada kaum itu untuk menjelaskan kehendak-Nya?

Penyesalan Tuhan ini sangat aneh sebab seolah-olah Dia membuat bumi dan isi-nya dengan asal-asalan, tanpa perhitungan dan tanpa pengetahuan sama sekali. Logika manusia, menyesal adalah bentuk keputus asaan setelah melihat kenyataan meleset dari target awal. Dan penyesalan ini sangat wajar sebab manusia bukan makhluk yang Maha tahu.

Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu. (Kejadian 7:23)

KEBINGUNGAN PENULIS

Dan berkuasalah air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya. (Kejadian 7:24)

Setelah 150 hari, perlahan air mulai surut sehingga pada bulan ke-tujuh, kapal Nuh kandas di sebuah pegunungan yang bernama Ararat.

Tapi ada yang aneh...

Sampai bulan yang kesepuluh makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung. (Kejadian 8:5)

Tiga bulan kemudian, air surut sehingga puncak-puncak gunung mulai terlihat.

Yang anehnya dimana?

Pegunungan Ararat bukanlah tempat yang tertinggi dikawasan tersebut, jadi seharusnya puncak gunung harus terlebih dahulu terlihat ketimbang kandasna kapal tersebut. Jelaslah penulis kitab Kejadian ini buta topografi sehingga ia menganggap bahwa pegunungan ararat merupakan pegunungan yang paling tinggi dibanding Everst dan gunung-gunung lainnya.

40 hari kemudian, Nuh melepas burung Gagak dan merpati namun burung itu kembali karena tidak menemukan tempat bertengger (Kejadian 8:6-9). Artinya, air pada waktu itu masih sangat tinggi dan belum ada pohon yang terlihat.

Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera; menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi. (Kejadian 8:10-11)

Mungkinkah ada tumbuhan segar setelah 150 hari + 3 bulan + 40 hari + 7 hari terendam oleh air setinggi gunung? Coba saja kita perhatikan, sebelum tujuh hari merpati itu pulang karena tidak menemukan tempat bertengger. Artinya tumbuhan masih terendam air ketika itu. Tiba-tiba seminggu kemudian, burung membawa pucuk zaitun yang segar, apa tidak mengherankan?

Jelas Tuhan tidak akan sesembrono ini membuat sebuah kitab yang jauh dari ilmiah, ini pasti ulah manusia lama yang belum punya pengetahuan apa-apa selain dari menceritakan dongeng yang pernah ia dengar mungkin dari nenek moyangnya dahulu.

Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, bumi telah kering. (Kejadian 8:13-14)

Menurut ayat ini, air total kering setelah setahun lamanya, perhitungan ini diambil ketika banjir usia Nuh saat itu 600 tahun.

Artinya, Nuh memberi makan hewan-hewan dalam kapal yang jumlahnya jutaan ekor itu dengan stok yang ada di kapal. Jika seekor kuda membutuhkan rumput segar dan sudah dipersiapkan oleh Nuh, apakah 1 tahun kemudian rumputnya masih segar? Atau Nuh menanamnya diatas kapal?

Dan sudah saya singgung diartikel sebelumnya, ukuran kapal sekecil itu tentu tidak akan memuat cukup jutaan hewan dan stok makanan untuk 1 tahun. Dengan kata lain, Nuh harus memiliki kapal 50x lipat lebih besar lagi.

Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. (Kejadian 8:20)

Dalam Kejadian 6:18-20, Tuhan menyuruh Nuh mengambil hewan sepasang-sepasang agar tidak punah. Namun setelah mendarat, Nuh malah mengorbankan (membunuh) hewan dan burung yang tidak di haramkan. Kebayang kan, hewan Cuma itu-itunya malah dibunuh untuk dijadikan korban bakaran? Punah donk... dan seharusnya sekarang tidak ada lagi burung, ayam, sapi, kambing, dan lain-lain.

Seekor domba membela : “Ya kan setahun dalam kapal, masa hewan-hewan itu tidak beranak pinak, mas”

Itu artinya, Nuh harus membuat kapal lebih besar lagi, dan cadangan makanan yang lebih banyak lagi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top