Lagi-lagi Matius membuat pernyataan yang unik, tidak masuk
akal dan tentu saja dibuat-buat (kalau tidak ingin dikatakan keliru). Coba saja
perhatikan baik-baik (yang MM warnai) tulisannya dalam Matius 1:19-24
1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau
mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia
bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
1:20 Tetapi ketika ia
mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan
berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai
isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
1:21 Ia akan
melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah
yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
1:22 Hal itu terjadi
supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
1:23
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak
laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah
menyertai kita.
1:24 Sesudah bangun
dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu
kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.
Dalam Matius 1:19, disebutkan bahwa Yusuf adalah SUAMI Maria, dan ia hendak menceraikan Maria
(isterinya) sebab ketahuan hamil. Namun setelah menimbang-nimbang dan Malaikat
menjelaskan perihal Maria dalam mimpi, maka Yusuf pun MENIKAHI
Maria ketika bangun tidur.
Apa yang aneh?
Masa suami menikahi isteri-nya? Bukankah lebih masuk akal
kalau waktu itu mereka sedang pacaran, tunangan atau sejenisnya. Dan entah
penerjemah yang mana yang telah mengeditnya sebab dalam BIS (Alkitab Bahasa
Indonesia sehari-hari) ditulis demikian :
Yusuf, tunangannya itu, adalah seorang yang selalu
mentaati hukum agama. Jadi ia mau memutuskan
pertunangannya, tetapi dengan diam-diam, supaya Maria tidak mendapat
malu di muka umum. [Matius
1:19 BIS]
Kita lihat dalam bahasa Inggris
Then Joseph her husband, being a just man, and not willing to
make her a publick example, was minded to put her away privily. [Matthew 1:19 KJV]
Mungkin ada misionaris yang bilang bahwa itu mungkin
kesalahan penerjemah dan statusnya tidak terlalu penting, sebab yang terpenting
adalah kabar keselamatan yang dibawa oleh Jesus. Tapi, pernahkah para
misionaris itu berpikir, jika hal kecil saja dianggap kesalahan sepele..
bagaimana hal yang lebih besar tidak mengalami distorsi?
Untuk hal ini, benarlah kata Alqur’an bahwa mereka itu
sesunggunya buta dan tuli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar