Setelah
peristiwa banjir besar itu, Nuh hidup dalam berkat Tuhan. Dan Tuhan membuat
perjanjian antara Nuh dan keturunannya bahwa Dia tidak akan lagi melenyapkan
manusia dengan Air Bah.
Maka
Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak
ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi."
(Kejadian 9:11)
Tapi pada
kenyataannya saat ini banyak manusia dan hewan mati oleh Tsunami, banjir
bandang, banjir musim hujan, dan lain-lain. Namun entahlah jika maksud Tuhan
disini adalah air bah yang seperti zaman Nuh, tapi menurut kepercayaan bahwa
bumi akan dihancurkan oleh air bah ketika kiamat nanti.
Nuh
menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. (Kejadian 9:20-21)
Mungkinkah
seorang yang diberkati Tuhan akan bertindak seperti ini?
Kemudian
setelah sadar dari mabuk-nya, Nuh langsung mengutuk anak bungsunya (Ham) agar
menjadi manusia paling hina dan menjadi hamba bangsa-bangsa lain. Entah apa
sebabnya, yang jelas kalau mau memberi kutuk harusnya Nuh-lah yang terkutuk
sebab sebagai seorang tua yang harus jadi teladan anak-anaknya malah
mabuk-mabukan sambil telanjang begitu rupa.
Entah lupa,
atau memang di acak penyebutannya oleh penulis, sebab menurut Kejadian 5:32,
anak bungsu Nuh adalah Yafet (bukan Ham) : Setelah
Nuh berumur lima ratus tahun, ia memperanakkan Sem, Ham dan Yafet.
Justru Ham-lah
yang pertama kali melihat Nuh telanjang, lantas memberi tahu 2 saduaranya yang
lain sehingga mereka membawa kain dan menutupi tubuh Nuh dengan kain itu. Sebagai
seorang ayah yang konon berkenan dihadapan Tuhan dan diberkati oleh Tuhan,
harusnya Nuh berterimakasih kepada Ham bukan malah mengutuknya dengan sadis.
Setelah
peristiwa ini, ketiga anak Nuh berpencar sambil membawa keturunannya. Kemudian mereka
membuat tata kota masing-masing sebagai wilyah tempat tinggal.
Lalu
turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak
manusia itu, dan Ia berfirman:
"Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa semuanya. Ini barulah permulaan
usaha mereka; mulai dari sekarang
apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan
mengacau balaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi
bahasa masing-masing." (Kejadian 11:5-7)
Saya sangat
heran, kenapa Tuhan begitu sentimen dengan peradaban makhluk ciptaan-Nya
(manusia). Dahulu manusia di batasi usia 120 tahun saja sebab mereka menikah
dan beranak pinak. Sekarang Tuhan kembali sentimen dengan niat ingin
mengagalkan segala usaha manusia setalah melihat manusia mebuat sebuah kota
hebat dan berencana membuat menara setinggi langit.
Coba
perhatikan kalimat “Baiklah kita turun”... rupanya Tuhan tidak berani turun
sendiri sehingga dia mengajak “teman-temannya” (entah siapa) untuk mengacaukan
bahasa manusia yang pada waktu itu hanya memiliki sebuah bahasa saja.
Mungkin pikir
Tuhan, dengan cara mengacaukan bahasa mereka maka mereka tidak bisa lagi saling
berkomunikasi dan tentu saja rencana-rencana manusia terhadap peradabannya akan
gagal total. Sungguh Tuhan yang sentimen....
Demikianlah
mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. (Kejadian 11:8)
Atas
sentimentil Tuhan ini kemudian keturunan Nuh bercerai berai memenuhi penjuru
bumi. Hingga hiduplah Sem dengan keturunannya di suatu tempat belahan bumi ini.
Inilah
keturunan Sem. Dua tahun sesudah banjir besar, ketika Sem berumur 100 tahun, ia mendapat seorang anak laki-laki yang bernama Arpakhsad. (Kejadian 11:10)
Kemudian Arpakhsad memperanakan Selah -> Eber -> Peleg -> Rehu ->
Serug -> Nahor -> Terah (Kejadian 11:11-24)
Mari kita
bandingkan dengan silsilah yang dibuat oleh Lukas dalam pasal 3 : 34-36)
sebagai berikut :
Nuh
memperanakan Sem -> Arpakhsad -> Kenan -> Salmon -> Eber -> Peleg
-> Rehu -> Serug -> Nahor -> Terah
Dari kedua
silsilah ini entah mana yang benar, namun seperti yang saya bilang dalam
artikel-artikel sebelumnya... mustahil Tuhan memberi informasi yang tidak
bersesuaian. Dan kesimpulan satu-satunya yang masuk akal, ini pasti buatan
tangan manusia yang menulis berdasar cerita turun temurun dari orang lain
(nenek moyang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar