Kamis, 27 Agustus 2015

KETURUNAN SEM

Tidak ada komentar:

Setelah peristiwa banjir besar itu, Nuh hidup dalam berkat Tuhan. Dan Tuhan membuat perjanjian antara Nuh dan keturunannya bahwa Dia tidak akan lagi melenyapkan manusia dengan Air Bah.

Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi." (Kejadian 9:11)

Tapi pada kenyataannya saat ini banyak manusia dan hewan mati oleh Tsunami, banjir bandang, banjir musim hujan, dan lain-lain. Namun entahlah jika maksud Tuhan disini adalah air bah yang seperti zaman Nuh, tapi menurut kepercayaan bahwa bumi akan dihancurkan oleh air bah ketika kiamat nanti.

Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. (Kejadian 9:20-21)

Mungkinkah seorang yang diberkati Tuhan akan bertindak seperti ini?

Kemudian setelah sadar dari mabuk-nya, Nuh langsung mengutuk anak bungsunya (Ham) agar menjadi manusia paling hina dan menjadi hamba bangsa-bangsa lain. Entah apa sebabnya, yang jelas kalau mau memberi kutuk harusnya Nuh-lah yang terkutuk sebab sebagai seorang tua yang harus jadi teladan anak-anaknya malah mabuk-mabukan sambil telanjang begitu rupa.

Entah lupa, atau memang di acak penyebutannya oleh penulis, sebab menurut Kejadian 5:32, anak bungsu Nuh adalah Yafet (bukan Ham) : Setelah Nuh berumur lima ratus tahun, ia memperanakkan Sem, Ham dan Yafet.

Justru Ham-lah yang pertama kali melihat Nuh telanjang, lantas memberi tahu 2 saduaranya yang lain sehingga mereka membawa kain dan menutupi tubuh Nuh dengan kain itu. Sebagai seorang ayah yang konon berkenan dihadapan Tuhan dan diberkati oleh Tuhan, harusnya Nuh berterimakasih kepada Ham bukan malah mengutuknya dengan sadis.

Setelah peristiwa ini, ketiga anak Nuh berpencar sambil membawa keturunannya. Kemudian mereka membuat tata kota masing-masing sebagai wilyah tempat tinggal.

Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,  dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.  Baiklah Kita turun dan mengacau balaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing." (Kejadian 11:5-7)

Saya sangat heran, kenapa Tuhan begitu sentimen dengan peradaban makhluk ciptaan-Nya (manusia). Dahulu manusia di batasi usia 120 tahun saja sebab mereka menikah dan beranak pinak. Sekarang Tuhan kembali sentimen dengan niat ingin mengagalkan segala usaha manusia setalah melihat manusia mebuat sebuah kota hebat dan berencana membuat menara setinggi langit.

Coba perhatikan kalimat “Baiklah kita turun”... rupanya Tuhan tidak berani turun sendiri sehingga dia mengajak “teman-temannya” (entah siapa) untuk mengacaukan bahasa manusia yang pada waktu itu hanya memiliki sebuah bahasa saja.

Mungkin pikir Tuhan, dengan cara mengacaukan bahasa mereka maka mereka tidak bisa lagi saling berkomunikasi dan tentu saja rencana-rencana manusia terhadap peradabannya akan gagal total. Sungguh Tuhan yang sentimen....

Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. (Kejadian 11:8)

Atas sentimentil Tuhan ini kemudian keturunan Nuh bercerai berai memenuhi penjuru bumi. Hingga hiduplah Sem dengan keturunannya di suatu tempat belahan bumi ini.

Inilah keturunan Sem. Dua tahun sesudah banjir besar, ketika Sem berumur 100 tahun, ia mendapat seorang anak laki-laki yang bernama Arpakhsad. (Kejadian 11:10)

Kemudian Arpakhsad memperanakan Selah -> Eber -> Peleg -> Rehu -> Serug -> Nahor -> Terah (Kejadian 11:11-24)

Mari kita bandingkan dengan silsilah yang dibuat oleh Lukas dalam pasal 3 : 34-36) sebagai berikut :

Nuh memperanakan Sem -> Arpakhsad -> Kenan -> Salmon -> Eber -> Peleg -> Rehu -> Serug -> Nahor -> Terah

Dari kedua silsilah ini entah mana yang benar, namun seperti yang saya bilang dalam artikel-artikel sebelumnya... mustahil Tuhan memberi informasi yang tidak bersesuaian. Dan kesimpulan satu-satunya yang masuk akal, ini pasti buatan tangan manusia yang menulis berdasar cerita turun temurun dari orang lain (nenek moyang).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top