Salah satu ayat al-Qur’an yang sering
dipertanyakan oleh Debater Kristen adalah surah Maryam : 27-28. Menurut mereka,
Muhammad telah salah mengidentifikasi (salah orang) dengan menyebutkan bahwa
yang melahirkan Yesus adalah Maryam adiknya Harun. Padahal jarak antara Musa
dengan Yesus terpaut sekitar 15 abad. Dengan demikian, jika al-Qur’an benar-benar
berasal dari Tuhan, secara logika mustahil Tuhan salah memberikan informasi,
bukan? Begitulah kira-kira argumen final mereka.
Namun apakah benar demikian? Mari kita
analisa kasusnya dengan membaca terlebih dahulu isi ayatnya.
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya
dengan cara menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya
kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. [Qs. Maryam : 27]
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu
sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang
pezina" [Qs. Maryam : 28]
Tidak sedikit para Debater Muslim pun
kewalahan mendapatkan pertanyaan tersebut, entah karena mereka belum
mempelajarinya, entah karena ayat ini belum jelas bagi mereka. Bahkan sebagian
para penafsir al-Qur’an pun berpendapat dengan cukup aneh sehingga tidak bisa
menjawab persoalan ini secara final.
Mereka berkata, "Maryam dipanggil
demikian karena ia adalah keturunan Harun."
Lantas apa yang dipahami oleh seorang MM
menganai ayat di atas?
Sebenarnya ini adalah kasus yang mudah,
jawabannya pun simpel dan tidak berbelit-belit. Ini hanyalah persoalan gaya
bahasa.
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal
istilah plesetan, ironi, hiperbola, personifikasi, dan lain-lain... Meski kita
tidak tahu apakah kalimat yang kita ucapkan ini jenis yang mana, tapi kita
telah memakluminya.
Contoh : "Maaf, pak. Beginilah kondisi
gubuk kami."
Kalimat di atas tidak berarti si pengucapp
memiliki rumah reot yang atapnya masih terbuat dari pohon alang-alang. Kadang
untuk merendahkan diri, seorang kaya raya dengan rumah mewah bertingkat pun
mengucapkan kalimat seperti ini. Lantas apakah si pengucap bisa divonis sebagai
orang yang salah memberikan informasi? Ataukah si pendengar saja yang tidak
paham arah pembicaraannya? Tentu saja jawabannya adalah si pendengar tidak
paham dengan maksud ucapan si pembicara.
Demikian pula ungkapan, "Hai saudara
perempuan Harun" untuk memanggil (tepatnya menghardik) Maryam ibunda
Yesus, itu adalah sebuah gaya bahasa yang sering pula kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari. Entah apanya namanya dalam tata bahasa Indonesia, tapi
itu adalah sebuah ungkapan umum.
Alkisah... waktu masih sekolah dulu, MM
memiliki teman bernama Ariel. Dalam beberapa kesempatan teman-teman suka sekali
memplesetkan atau memanggilnya dengan sebutan Ariel Noah, padahal ia tidak
memiliki hubungan darah dengan Ariel sang vokalis band Noah.
"Woy... Ariel Noah! Tungguin gue donk!"
atau "Ariel, mana band lu? Nyanyi kek!" padahal ia tidak punya band. Atau
"Kenalin nih bro, temen gue, namanya Ariel Noah." Dan seterusnya...
Paham kan maksudnya?
Ungkapan seperti itu tidak hanya dimiliki
oleh tata bahasa Indonesia, bahasa lain pun memilikinya, namun MM tidak tau
persis nama istilahnya. Yang jelas, al-Qur’an menceritakan demikian sebab
kejadiannya dahulu benar-benar seperti itu, yaitu orang-orang yang mendatangi
Maryam memanggil Maryam dengan bentuk sebutan itu, entah sebagai plesetan,
Ironi, hiperbola, ataupun yang lainnya.
Sekedar untuk diketahui, menurut tradisi
Yahudi yang tertulis dalam kitab Perjanjian Lama, Harun memiliki saudara
perempuan bernama Miryam (dalam Bible berbahasa Indonesia),
Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. [Keluaran 15:20]
Kesimpulan : Maryam ibunda Yesus disebut
Maryam saudara perempuan Harun oleh kaumnya adalah sebagai bentuk kekesalan
sehingga mereka memplesetkan namanya. Dan sebenarnya istilah-istilah semacam
ini pun banyak terdapat dalam kitab Kristen seperti Yesus anak Daud, padahal
Daud tidak memiliki anak bernama Yesus, tapi hal ini tidak dipermasalahkan
karena orang yang memahami ilmu bahasa dengan baik akan segera memakluminya.
Allahu ‘Alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar