Senin, 03 Agustus 2015

PENJELASAN LANJUT : "DISERUPAKAN"

Tidak ada komentar:

Berhubung penjelasan kalimat di bawah ini belum selesai, maka saya akan menjelaskannya secara rinkas, sebab ternyata satu ayat ini saja jika di buku-kan penjelasannya akan menghabiskan ratusan halaman dan mungkin kita akan terburu malas membacanya ketimbang melanjutkannya.

Tema kita tetap sama yaitu :

شُبِّهَ لَهُمْ
Tsubiha lahum.. (Disamarkan bagi mereka)

Kemarin saya menjelaskan cukup panjang takwil kalimat di atas dengan kesimpulan, bahwa maksud “DISERUPAKAN” ini bukan penyerupaan wajah oranglain menjadi mirip Nabi Isa atau sebaliknya, melainkan kondisi Nabi Isa diserupakan kepada sangkaan mereka (Yahudi) yaitu TERBUNUH.

Pura-pura mati kah? Saya akan jelaskan nanti. Insya Allah...

Nabi Isa termasuk sebagai Nabi yang digelari Ulul Azmi, yaitu yaitu sebuah gelar khusus untuk para Nabi karena perjuangan yang berat dalam berdakwah melebihi Nabi-nabi yang lain. Makanya secara pribadi saya tidak merasa yakin kalau Nabi Isa berlepas tangan begitu saja ketika di kejar-kejar Yahudi untuk di adili, lalu menyerahkan tugas itu kepada salah satu sahabatnya.

Jika kemarin saya menjelaskan siapa yang disalib menurut perkamen injil apokrif (injil yang tidak diakui gereja) maka kali ini saya menjelaskan menurut perkamen injil Kanonik, yaitu injil yang diakui gereja dan dipakai hingga saat ini sebagai kitab suci agama Kristen.

Menurut Syaikh Deedat, Nabi Isa tertangkap hingga diseret ke pengadilan dan di jatuhi hukuman Salib hingga mati. Dalam satu Jilid buku The Choice peristiwa ini di jelaskan dengan terperinci. 

Bermula ketidak senangan para Ahli Taurat terhadap dakwah Nabi Isa yang menuduh mereka telah memperkosa dan mengacak-ngacak hukum Taurat Musa serta melakukan banyak bid’ah dalam agama. Kemudian para ahli Taurat ini menyusun strategi untuk membunuh Nabi Isa dengan cara membuat sebuah fitnah bahwa dia akan melakukan pemberontakan terhadap kaisar Tiberius. Akhirya, tentara Romawi yang menjajah negeri Palestina waktu itu terpengaruh dan ikut membantu para ahli Taurat untuk menangkap Nabi Isa. 

Rencana ini semakin mulus ketika salah satu murid Nabi Isa bernama Yudas Iskariot bersedia bekerjasama dengan imbalan 30 keping uang perak. Dan Nabi Isa pun tertangkap di sebuah taman bernama Getsemani pada malam hari.

Kemudian beliau diseret ke pengadilan dan langsung di adili malam itu juga, dengan vonis akhir “Penyaliban hingga mati” [selesai].

Dari cerita ini kita menjadi tahu bahwa sejarah mencatat berbeda tentang diri Yudas, apakah ia seorang pengkhianat ataukah seorang pahlawan yang rela mengorbankan dirinya demi menggantikan diri sang guru di tiang salib. Dan cerita-cerita inilah yang telah di adopsi oleh beberapa sahabat dahulu baik untuk sekedar wawasan sejarah maupun untuk menafsirkan sebuah ayat Al-Qur’an seperti yang sudah saya jelaskan di artikel sebelumnya.

Mana yang shahih dari kedua sejarah tersebut?

Allahu ‘alam, sepertinya Allah menginginkan hambanya untuk menelusuri sendiri dengan meninggalkan beberapa bukti berupa perkamen-perkamen berisi sejarah pada waktu itu baik berupa injil Kanonik yang diakui gereja saat ini maupun injil-injil apokrif yang hanya tersimpan di beberapa museum.

Setelah di jatuhi vonis penyaliban hingga mati, Nabi Isa pun di sesah (di siksa), di beri jubah ungu dan di mahkotai duri oleh para Yahudi Romawi untuk mengolok-ngolok beliau. Dan tepat pagi hari beliau dipaksa memanggul salib menuju bukit Golgota untuk di salibkan bersama dua penjahat lainnya.

Injil Markus menulis jam 9 tepat Nabi Isa mulai disalibkan, sementara Injil Yohanes menyebutkan Jam 12 tepat, meski kedua penulis ini berbeda pendapat namun mereka memiliki ujung yang sama yaitu Jam 3 Nabi Isa menghembuskan nafas terakhir, kemudian buru-buru diturunkan dari salib dan di kuburkan.

Lalu apa kaitannya dengan kalimah “Tsubiha lahum” diserupakan kepada mereka?

Kita tahu, bahwa sangat mustahil seseorang akan mati hanya karena disalibkan 3 jam (jam 12.00-15.00). Minimal, seorang yang disalib akan mati setelah 3 hari, itupun karena kehausan atau infeksi yang ditimbulkan oleh luka akibat pemakuan. Atau bisa saja, meninggal dalam waktu 3 jam dengan satu syarat “Tulang lutut dihancurkan”. Namun pada kenyataannya lutut Nabi Isa tidak di hancurkan. Berbeda dengan kedua penjahat yang disalibkan bareng, kedua lutut mereka diremukkan baru mati.

Jam 3 Nabi Isa menghembuskan Nafas terakhir sehingga Yahudi punya keyakinan bahwa Nabi Isa telah meninggal saat itu. Seorang tentara Romawi yang ragu akan hal itu langsung menusuk perut Nabi Isa dengan tombak hingga mengeluarkan darah dan air. Nabi Isa tidak bergerak, sehingga ia pun yakin bahwa Nabi Isa telah wafat.

Antara jam 15.01-17.59 menit, pada hari Jum’at, Nabi Isa di masukkan ke dalam kubur berbentuk Goa yang memuat 3-5 orang (ruangan cukup luas) setelah sebelumnya tubuhnya dilumuri rempah-rempah. Dan pada Minggu pagi (00.01-05.59) nabi Isa hilang dari kuburnya, dan batu penutup makamnya yang berbentuk Goa telah terbuka.

Dalam buku The Choice, Syaikh Deedat menjelaskan degan banyak bukti baik secara sejarah maupun ilmiah bahwa ketika Nabi Isa dikatakan mengehembuskan nafas terakhir, sesungguhnya beliau tidak meninggal, tapi masuk “zona koma” atau tidak sadarkan diri. Namun melihat tubuh Nabi Isa yang terkulai, Yahudi memiliki keyakinan bahwa nabi isa telah wafat.[selesai]

Sampai sini kita akan mengerti makna “Tsubiha Lahum”, yaitu kondisi nabi Isa pada waktu itu yang dibuat seolah-olah MENYERUPAI orang yang sudah meninggal, sehingga menipu pandangan orang-orang Yahudi yang menyalibkannya.

Bukankah Nabi Isa di kubur?

Betul, tapi kuburan orang Israel dulu beda dengan kuburan kita di Indonesia yang di tanam dalam tanah. Kuburan Nabi Isa diceritakan terletak disebuah taman, beliau di tidurkan di atas sebuah batu dalam sebuah goa yang luasnya bisa menampung 5 orang (ibarat kita tidur diatas kasur kamar kita). Udara bisa masuk leluasa sehingga beliau bisa bernafas dengan bebas.

Sementara sebelum beliau ditinggalkan dalam goa itu, murid-muridnya melumuri tubuh beliau dengan berbagai rempah-rempah yang diyakini sebagai obat luka. Dan hal ini di ketahui melalui fosil biji-bijian yang ditemukan dalam kain kafan beliau –Penjelasan soal ini, klik disini-.

Bagaimana murid-murid tahu bahwa Nabi Isa saat itu belum meninggal?

Ada 2 kemungkinan :

1. Nabi Isa telah memberi tahu sebelumnya (yang dikenal dengan istilah “Nubuat Nabi Yunus” –penjelasan tentang ini, klik disini-

2. Kejeniusan murid-murid Nabi Isa yang melihat tanda-tanda kehidupan Nabi Isa seperti yang saya bilang tadi, mustahil seseorang mati hanya karena disalib 3 jam.

Sebetulnya saya ingin menjelaskan dengan ayat-ayat injilnya disini, cuma akan terkesan panjang lebar. Sementara saya sudah janji akan membuat secara ringkas saja, yang penting penjelasan intinya cukup mengena. Jika ingin mengetahui ebih rinci, bisa membaca buku The Choice karya Ahmed Deedat, atau download bukunya di halaman download blog ini.

Intinya, Apakah Nabi Isa mengalami di salib?

Jawabnya, “Ya”

Bukankah Al-Qur’an mengatakan “Padahal mereka tidak menyalibnya”

Jawabnya, “Ayat itu ditakwil seperti yang sudah saya jelaskan dalam artikel lalu. Analoginya, jika seseorang punya penyakit jantung, lalu mati ditabrak mobil. Apakah ia bisa dikatakan mati karena serangan jantung? Tidak!! Ia kan tetap dikatakan mati tertabrak mobil. Begitu juga Nabi Isa mengalami salib, namun beliau wafat dengan cara lain artinya beliau tidak wafat disalib seperti sangkaan orang-orang yahudi yang mengatakan “Sesungguhnya kami telah membunuh Isa dengan cara menyalibnya”.

Kenapa mereka (Yahudi) disebut ragu-ragu atas pembunuhan itu?

Seperti yang sudah saya ceritakan, bahwa mustahil seseorang bisa mati cuma dengan penyaliban 3 jam. Dan tentu saja sebelum penyaliban Nabi Isa mereka telah melihat banyak penyaliban-penyaliban yang terjadi, dengan pengalaman ini tentu siapapun akan menjadi ragu-ragu. Bahkan seorang tentara Romawi pun sempat menusuk perut Nabi Isa dengan tombaknya, akibat dia kurang yakin dengan apa yang dilihatnya. Sementara dua penjahat lain yang juga disalib tidak diperlakukan begitu.
Itu kan penjelasan dari Ahmadiyah, tafsiran Ahmadiyah?

Saya mempercayai kebenarannya, bukan mempercayai Ahmadiyahnya. Toh banyak ilmuwan-ilmuwan Non-Muslim membuat teori yang justru membenarkan isi Alqur’an, dan kebenarannya itulah yang saya yakini, bukan aqidah ke Non-Muslimannya.

Bukankah kata Nabi, jika kita mendapat berita dari Ahli Kitab, jangan membenarkan dan jangan langsung menyalahkan (HR. Abu Daud) dengan kata lain, di teliti sehingga jelas kebenaran atau kesalahannya.

Allahu ‘alam.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top