Berhubung
penjelasan kalimat di bawah ini belum selesai, maka saya akan menjelaskannya
secara rinkas, sebab ternyata satu ayat ini saja jika di buku-kan penjelasannya
akan menghabiskan ratusan halaman dan mungkin kita akan terburu malas
membacanya ketimbang melanjutkannya.
Tema kita tetap
sama yaitu :
شُبِّهَ لَهُمْ
Tsubiha lahum..
(Disamarkan bagi mereka)
Kemarin saya
menjelaskan cukup panjang takwil kalimat di atas dengan kesimpulan, bahwa
maksud “DISERUPAKAN” ini bukan penyerupaan wajah oranglain menjadi mirip Nabi
Isa atau sebaliknya, melainkan kondisi Nabi Isa diserupakan kepada sangkaan
mereka (Yahudi) yaitu TERBUNUH.
Pura-pura mati kah?
Saya akan jelaskan nanti. Insya Allah...
Nabi Isa termasuk
sebagai Nabi yang digelari Ulul Azmi, yaitu
yaitu sebuah gelar khusus untuk para Nabi karena perjuangan yang berat dalam
berdakwah melebihi Nabi-nabi yang lain. Makanya secara pribadi saya tidak
merasa yakin kalau Nabi Isa berlepas tangan begitu saja ketika di kejar-kejar
Yahudi untuk di adili, lalu menyerahkan tugas itu kepada salah satu sahabatnya.
Jika kemarin saya
menjelaskan siapa yang disalib menurut perkamen injil apokrif (injil yang tidak
diakui gereja) maka kali ini saya menjelaskan menurut perkamen injil Kanonik,
yaitu injil yang diakui gereja dan dipakai hingga saat ini sebagai kitab suci
agama Kristen.
Menurut Syaikh
Deedat, Nabi Isa tertangkap hingga diseret ke pengadilan dan di jatuhi hukuman
Salib hingga mati. Dalam satu Jilid buku The Choice peristiwa ini di jelaskan
dengan terperinci.
Bermula ketidak
senangan para Ahli Taurat terhadap dakwah Nabi Isa yang menuduh mereka telah
memperkosa dan mengacak-ngacak hukum Taurat Musa serta melakukan banyak bid’ah
dalam agama. Kemudian para ahli Taurat ini menyusun strategi untuk membunuh
Nabi Isa dengan cara membuat sebuah fitnah bahwa dia akan melakukan
pemberontakan terhadap kaisar Tiberius. Akhirya, tentara Romawi yang menjajah
negeri Palestina waktu itu terpengaruh dan ikut membantu para ahli Taurat untuk
menangkap Nabi Isa.
Rencana ini semakin
mulus ketika salah satu murid Nabi Isa bernama Yudas Iskariot bersedia
bekerjasama dengan imbalan 30 keping uang perak. Dan Nabi Isa pun tertangkap di
sebuah taman bernama Getsemani pada malam hari.
Kemudian beliau
diseret ke pengadilan dan langsung di adili malam itu juga, dengan vonis akhir
“Penyaliban hingga mati” [selesai].
Dari cerita ini kita
menjadi tahu bahwa sejarah mencatat berbeda tentang diri Yudas, apakah ia seorang
pengkhianat ataukah seorang pahlawan yang rela mengorbankan dirinya demi
menggantikan diri sang guru di tiang salib. Dan cerita-cerita inilah yang telah
di adopsi oleh beberapa sahabat dahulu baik untuk sekedar wawasan sejarah
maupun untuk menafsirkan sebuah ayat Al-Qur’an seperti yang sudah saya jelaskan
di artikel sebelumnya.
Mana
yang shahih dari kedua sejarah tersebut?
Allahu ‘alam,
sepertinya Allah menginginkan hambanya untuk menelusuri sendiri dengan
meninggalkan beberapa bukti berupa perkamen-perkamen berisi sejarah pada waktu
itu baik berupa injil Kanonik yang diakui gereja saat ini maupun injil-injil
apokrif yang hanya tersimpan di beberapa museum.
Setelah di jatuhi
vonis penyaliban hingga mati, Nabi Isa pun di sesah (di siksa), di beri jubah
ungu dan di mahkotai duri oleh para Yahudi Romawi untuk mengolok-ngolok beliau.
Dan tepat pagi hari beliau dipaksa memanggul salib menuju bukit Golgota untuk
di salibkan bersama dua penjahat lainnya.
Injil Markus menulis
jam 9 tepat Nabi Isa mulai disalibkan, sementara Injil Yohanes menyebutkan Jam
12 tepat, meski kedua penulis ini berbeda pendapat namun mereka memiliki ujung
yang sama yaitu Jam 3 Nabi Isa menghembuskan nafas terakhir, kemudian buru-buru
diturunkan dari salib dan di kuburkan.
Lalu
apa kaitannya dengan kalimah “Tsubiha lahum” diserupakan kepada mereka?
Kita tahu, bahwa
sangat mustahil seseorang akan mati hanya karena disalibkan 3 jam (jam
12.00-15.00). Minimal, seorang yang disalib akan mati setelah 3 hari, itupun
karena kehausan atau infeksi yang ditimbulkan oleh luka akibat pemakuan. Atau
bisa saja, meninggal dalam waktu 3 jam dengan satu syarat “Tulang lutut
dihancurkan”. Namun pada kenyataannya lutut Nabi Isa tidak di hancurkan.
Berbeda dengan kedua penjahat yang disalibkan bareng, kedua lutut mereka
diremukkan baru mati.
Jam 3 Nabi Isa
menghembuskan Nafas terakhir sehingga Yahudi punya keyakinan bahwa Nabi Isa
telah meninggal saat itu. Seorang tentara Romawi yang ragu akan hal itu
langsung menusuk perut Nabi Isa dengan tombak hingga mengeluarkan darah dan
air. Nabi Isa tidak bergerak, sehingga ia pun yakin bahwa Nabi Isa telah wafat.
Antara jam
15.01-17.59 menit, pada hari Jum’at, Nabi Isa di masukkan ke dalam kubur
berbentuk Goa yang memuat 3-5 orang (ruangan cukup luas) setelah sebelumnya
tubuhnya dilumuri rempah-rempah. Dan pada Minggu pagi (00.01-05.59) nabi Isa
hilang dari kuburnya, dan batu penutup makamnya yang berbentuk Goa telah
terbuka.
Dalam buku The
Choice, Syaikh Deedat menjelaskan degan banyak bukti baik secara sejarah maupun
ilmiah bahwa ketika Nabi Isa dikatakan mengehembuskan nafas terakhir,
sesungguhnya beliau tidak meninggal, tapi masuk “zona koma” atau tidak sadarkan
diri. Namun melihat tubuh Nabi Isa yang terkulai, Yahudi memiliki keyakinan
bahwa nabi isa telah wafat.[selesai]
Sampai sini kita akan
mengerti makna “Tsubiha Lahum”, yaitu kondisi nabi Isa pada waktu itu yang
dibuat seolah-olah MENYERUPAI orang yang sudah meninggal, sehingga menipu
pandangan orang-orang Yahudi yang menyalibkannya.
Bukankah
Nabi Isa di kubur?
Betul, tapi kuburan
orang Israel dulu beda dengan kuburan kita di Indonesia yang di tanam dalam
tanah. Kuburan Nabi Isa diceritakan terletak disebuah taman, beliau di tidurkan
di atas sebuah batu dalam sebuah goa yang luasnya bisa menampung 5 orang
(ibarat kita tidur diatas kasur kamar kita). Udara bisa masuk leluasa sehingga
beliau bisa bernafas dengan bebas.
Sementara sebelum
beliau ditinggalkan dalam goa itu, murid-muridnya melumuri tubuh beliau dengan
berbagai rempah-rempah yang diyakini sebagai obat luka. Dan hal ini di ketahui
melalui fosil biji-bijian yang ditemukan dalam kain kafan beliau –Penjelasan
soal ini, klik disini-.
Bagaimana murid-murid
tahu bahwa Nabi Isa saat itu belum meninggal?
Ada 2 kemungkinan :
1. Nabi Isa telah
memberi tahu sebelumnya (yang dikenal dengan istilah “Nubuat Nabi Yunus”
–penjelasan tentang ini, klik disini-
2. Kejeniusan
murid-murid Nabi Isa yang melihat tanda-tanda kehidupan Nabi Isa seperti yang
saya bilang tadi, mustahil seseorang mati hanya karena disalib 3 jam.
Sebetulnya saya ingin
menjelaskan dengan ayat-ayat injilnya disini, cuma akan terkesan panjang lebar.
Sementara saya sudah janji akan membuat secara ringkas saja, yang penting
penjelasan intinya cukup mengena. Jika ingin mengetahui ebih rinci, bisa
membaca buku The Choice karya Ahmed Deedat, atau download bukunya di halaman
download blog ini.
Intinya, Apakah Nabi
Isa mengalami di salib?
Jawabnya, “Ya”
Bukankah Al-Qur’an
mengatakan “Padahal mereka tidak menyalibnya”
Jawabnya, “Ayat itu
ditakwil seperti yang sudah saya jelaskan dalam artikel lalu. Analoginya, jika
seseorang punya penyakit jantung, lalu mati ditabrak mobil. Apakah ia bisa
dikatakan mati karena serangan jantung? Tidak!! Ia kan tetap dikatakan mati
tertabrak mobil. Begitu juga Nabi Isa mengalami salib, namun beliau wafat
dengan cara lain artinya beliau tidak wafat disalib seperti sangkaan
orang-orang yahudi yang mengatakan “Sesungguhnya kami telah membunuh Isa dengan
cara menyalibnya”.
Kenapa mereka
(Yahudi) disebut ragu-ragu atas pembunuhan itu?
Seperti yang sudah
saya ceritakan, bahwa mustahil seseorang bisa mati cuma dengan penyaliban 3
jam. Dan tentu saja sebelum penyaliban Nabi Isa mereka telah melihat banyak
penyaliban-penyaliban yang terjadi, dengan pengalaman ini tentu siapapun akan
menjadi ragu-ragu. Bahkan seorang tentara Romawi pun sempat menusuk perut Nabi
Isa dengan tombaknya, akibat dia kurang yakin dengan apa yang dilihatnya.
Sementara dua penjahat lain yang juga disalib tidak diperlakukan begitu.
Itu kan penjelasan
dari Ahmadiyah, tafsiran Ahmadiyah?
Saya mempercayai
kebenarannya, bukan mempercayai Ahmadiyahnya. Toh banyak ilmuwan-ilmuwan
Non-Muslim membuat teori yang justru membenarkan isi Alqur’an, dan kebenarannya
itulah yang saya yakini, bukan aqidah ke Non-Muslimannya.
Bukankah kata Nabi,
jika kita mendapat berita dari Ahli Kitab, jangan membenarkan dan jangan
langsung menyalahkan (HR. Abu Daud) dengan kata lain, di teliti sehingga jelas
kebenaran atau kesalahannya.
Allahu ‘alam.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar