Minggu, 24 April 2016

LARANGAN BUNUH DIRI

Tidak ada komentar:
Illustrasi penyembahan anak sapi emas oleh umat nabi Musa
Berikut adalah penjelasan lengkap dari ayat Al-Qur’an yang dianggap kontradiksi oleh non muslim. Yaitu,

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Qs. Albaqarah : 54)

Ayat ini dianggap bertentangan dengan ayat berikut :

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Qs. An-Nisa : 29)

Mungkin, Non Muslim itu berpikir ketika melihat kedua ayat tersebut : “Pada Qs. Albaqarah : 54 Allah menyuruh manusia untuk bunuh diri. Sementara pada Qs. An-Nisa : 29 Allah melarang seseorang untuk melakukan bunuh diri”. Sehingga nampak terlihat bahwa kedua ayat diatas saling betentangan satu sama lainnya.

Sebelum saya bahas, mari kita lihat pertanyaan yang dibuat oleh salah satu blog milik Non muslim berikut :

“Qs. 2:54 berkata: "Bunuhlah dirimu sendiri! Hal itu lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu, maka Tuhan akan menerima taubatmu…" Hal ini bertentangan dengan: Qs. 4:29: " …Janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu." Bertentangankah Ayat-ayat tersebut?”

Penanya hanya menulis “Qs. 2:54 berkata :.....” yang tentu saja harapannya agar pembaca terkecoh seolah-olah itu adalah perintah Allah... padahal jika kita baca ayatnya secara utuh, maka tertulis dengan jelas “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:...”

Jadi jelas sekali bahwa yang berkata dalam ayat itu adalah Musa (bukan Allah). Sementara yang berkata pada Qs. An-Nisa : 29 adalah Allah. Dengan kata lain, Alqur’an sedang menceritakan perkataan Musa pada saat itu kepada kaumnya.

Nah pertanyaannya, apakah “perkataan Musa agar kaumnya melakukan bunuh diri” ini adalah perintah Allah?

Jawabannya, Bukan!! Bisa jadi itu ucapan Musa yang kesal melihat kedurhakaan kaumnya. Dan ucapan-ucapan seperti ini biasa terlontar dari orang-orang yang kelewat pusing. Seperti ungkapan, “Mati aja lu, bodo amat, dan lain-lain.

Lalu sikap Allah terhadap orang-orang yang durhaka itu bagaimana?
Jawabnya, Allah mema’afkan mereka seperti yang tertulis dalam ayat-ayat sebelum dan sesudahnya yang menjadi perikop ayat tersebut.

Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur. (Qs. Al-Baqarah 51-52)

Musa jengkel dengan berkata, “Udah deh lu pada bunuh diri aje daripada ribet!!”... tapi Allah malah memaafkan kedurhakaan kaum-kaum tersebut. Jadi kesimpulannya, perintah bunuh diri itu BUKANLAH perintah Allah, tapi semata-mata ucapan Musa yang sedang gusar.

Lha nabi kok begitu?

Jawabnya, Nabi juga manusia. Sama seperti kita.

Cerita Dalam Alkitab

Lalu bagaimana dengan cerita Bible yang justru umat Musa saling bunuh atas perintah Tuhan?

Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya." (Keluaran 32:27)

Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan Musa dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu. (Keluaran 32:28)


Justru inilah kitab kontradiksi yang sebenarnya. Sebab disini Tuhan menyuruh Bani Lewi untuk saling membunuh saudaranya, sementara dalam 10 perintah hukum Taurat dan banyak ayat, Tuhan melarang membunuh.

“Jangan membunuh.” (Keluaran 20:13)

“Jangan membunuh.” (Ulangan 5:17)


Kesimpulan

Sebaiknya penanya melihat dulu kitabnya sendiri sebelum menilai kitab oranglain, sebab bisa saja pertanyaan yang ia ajukan untuk menyudut keyakinan oranglain justru malah mempermalukan dirinya sendiri.

Allahu ‘alam......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top