Sabtu, 07 Mei 2016

RIWAYAT LEMAH ISRA MI'RAJ

Tidak ada komentar:
Bismillahirroh manir rohim...

Kali ini saya menemukan artikel cukup bagus dari sebuah blog Islam yang isinya tentang “Kepalsuan sebuah riwayat tentang Isra Mi’raj”. Insya Allah isinya bisa dipertanggung jawabkan, sebab sudah saya rujuk isinya ke berbagai sumber. Namun ada baiknya, pembaca pun melakukan pengujian lebih lanjut agar lebih yakin lagi bahwa cerita ini adalah cerita yang lemah.

Berikut kutipan artikel tersebut dengan tambahan dan editing seperlunya, agar lebih mudah difahami oleh para pembaca sekalian.

Ibnu Ishaq berkata, “Di antara kisah yang sampai kepada saya dari Ummu Hani binti Abi Thalib yang berhubungan dengan Isra Mi’raj Rasulullah ialah, “Rasulullah ketika di Isra kan  berada di rumahku. Beliau  tidur di sampingku pada malam itu. Awalnya beliau  sholat Isya kemudian tidur. Sebelum fajar Rasulullah telah mengejutkan kami lalu sholat Subuh. Kemudian kami sholat bersamanya."

Setelah itu Rasulullah bersabda, “Wahai Ummu Hani! Malam tadi saya telah sholat bersama kamu seperti yang kamu tahu di wadi ini. Setelah itu saya pergi ke Baitul Maqdis dan sholat di sana dan sekarang saya sholat Subuh bersama kamu seperti yang kamu saksikan."

"Setelah itu Rasulullah  bangkit untuk keluar. Aku memegang ujung selimut beliau hingga tersingkap perutnya  bagaikan kain qibti yang berlipat, lalu aku pun berkata, “Wahai Nabiyallah! Janganlah engkau ceritakan perkara ini kepada orang banyak, nanti mereka akan mendustakan engkau dan menyakitimu". Beliau  berkata, “Demi Allah! Aku tetap akan menceritakan kepada mereka". Kemudian aku pun menyuruh budakku untuk mengikuti Nabi dan mendengarkan apa yang ia sampaikan kepada kaumnya, serta melihat reaksi mereka”

Sebelum itu Ibnu Ishaq telah mengemukakan peristiwa Isra Mi'raj yang dinukilnya dari Hasan Basri di mana diceritakan, “Setelah pagi sekembalinya Rasulullah  dari Isra Mi'raj, Baginda  menceritakan kepada orang-orang Quraisy peristiwa perjalanannya. Berkatalah kebanyakan orang, “Demi Allah! Cerita ini sulit di fahami. Jarak yang ditempuh oleh unta sebulan perjalanan dari Mekah ke Syam dan sebulan pula perjalanan balik dari sana ke Mekah mungkinkah bisa ditempuh oleh Muhammad dalam hanya satu malam?" Maka banyaklah orang-orang yang telah memeluk Islam menjadi murtad. Orang banyak terus pergi kepada Abu Bakar untuk bertanya kepada beliau.." - (Ibid jilid 2 m.s. 32,33 & 34)

Sayangnya Ibnu Ishaq, Ibnu Sa'ad dan Al-Kalbi tidak menyebutkan sanad cerita tersebut. Tetapi Ibnu Jarir, At-Thabari, Baihaqi, Ibnu Abi Hatim, Abu Ya'la dan Ibnu Asakir telah mengemukakan isnad kisah ini. Perawi-perawi yang ada dalam cerita tersebut diantaranya, Abu Ja'far Ar Razi, Abu Harun Al-Abdi dan Khalid bin Yazid atau Abu Malik.

Sekarang, marilah kita teliti perawi-perawi cerita tersebut untuk menguji kesahaihannya.


1) Abu Ja'far Ar-Razi

Namanya Isa bin Abi Isa. Lahir di Basrah dan menetap di Razy. Di antara orang-orang yang meriwayatkan hadits dari beliau ialah anak beliau sendiri yaitu, Abdullah dan Abu Nu'aim.

Meskipun Yahya bin Ma'in dan Abu Hatim mengatakan beliau seorang yang tsiqah namun Ali Ibnu Madaini mengatakan beliau seringkali melakukan kesalahan.

An-Nasai dan Imam Hambal berpendapat, “Bukan orang yang kuat (hafalannya)”

Fallas berkata, “Ingatannya sangat jelek."

Ibnu Hibban berkata, “Dia seringkali mengemukakan riwayat-riwayat yang mungkar dengan menghubungkan kepada Imam-Imam yang masyhur."

Abu Zur'ah berkata, “Dia mengalami kepikunan pikiran (waham)."

Imam Zahabi pula berkata, “Dia telah mengemukakan peristiwa Mi'raj dalam satu riwayat yang panjang melalui Rabi' bin Anas. Diambilnya dari Abu Al-'Aaliah dan Abu Al-Aaliah pula mengambilnya dari Abu Hurairah. Di dalam riwayatnya itu banyak sekali perkara-perkara mungkar". (Mizan al-I'tidal jilid 3 hlm. 320)

Imam Zahabi telah menghukum mungkar riwayat ini karena terdapat dalam sanadnya Abu Ja'far ar-Razi, karena kecacatan pada buruk ingatannya dan beliau selalu mengaitkan cerita mungkar dengan Imam-Imam yang masyhur.

Ibnu Qayyim dalam Zadul Ma’ad jilid I/99 mengatakan bahwa Abu Ja’far dinyatakan dhaif oleh Imam Ahmad dan lainnya. Ibnul Madaini mengatakan bahwa ia suka mencampur adukkan perawi.

Ibnu Hajar Asqalani menyimpulkan dalam kitab Taqrib At-Tahdzib, bahwa Abu Ja’afar Ar-Razi adalah shaduqun sayi’ul hifzh khususon anil mughirah (Jujur tapi jelek hafalannya, terlebih lagi riwayat dari mughirah).

Az-Zaila’i dalam Nashab Ar-Raya II/132 menjelaskan, Ia (Abu Ja’afar) dinyatakan dhaif oleh Ibnul Jauzi dalam At-Tahqiq dan dalam Al-Illal Al-Mutanahiyah.

Klik Diagram Komentar Ulama Disini 


2) Khalid bin Yazid

Abu Malik ad-Dimasyqi - Dia adalah penduduk Damsyik.

Yahya bin Ma'in berkata, “Dia adalah seorang manusia yang lemah".

Imam Ahmad berkata, “Dia tiada bernilai langsung."

Nasa'i berkata, “Dia tidak tsiqah".

Daraquthni berkata berkata, “Dia seorang yang dha'if".

Ibnu Abi Al-Hawari menceritakan bahawa, “Saya pernah mendengar Yahya bin Ma'in berkata, “Di Iraq ada sebuah kitab yang perlu dikebumikan yaitu tafsir Al-Kalbi (yang kemudiannya terkenal dengan Tafsir Ibnu Abbas).

Di Syam pula ada sebuah kitab yang juga perlu dikebumikan yaitu kitab ad-Diyat tulisan Khalid bin Yazid. Hati Khalid ini tidak akan senang jika tidak berbohong tentang ayahnya dan para sahabat ".

Ahmad bin Abi al-Hawari ini juga berkata, “Dulu saya pernah menyalin kitab Khalid ini tetapi kemudiannya saya memberikannya kepada penjual obat untuk dijadikan kertas pembungkus obat-obatnya."

Imam Zahabi berkata, “Dia dilahirkan pada tahun 105 H dan mati ketika berumur 80 tahun." - (Lihat Mizan al-I'tidal jilid 1 hlm. 654)

Keterangan di atas membuktikan bahawa Khalid bin Yazid adalah seorang yang tidak boleh diterima menurut seluruh ulama hadis. Imam Yahya bin Ma'in bahkan mengatakan beliau seorang pendusta besar. Dia banyak berbohong tentang para sahabat.

Klik Diagram Komentar Ulama Disini

 
3) Abu Harun Al-Abdi

Namanya ialah Umarah bin Al-Juwain. Riwayat-riwayatnya terdapat dalam Sunan Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah.
Imam Zahabi berkata, “Dha'if"

Hammaad bin Zaid berkata, “Pembohong."

Imam Ahmad berkata, “Tidak bernilai langsung."

Yahya bin Ma'in berkata, “Dia seorang dha'if (lemah). Riwayat-riwayatnya tidak bisa dibenarkan."

Nasa'i berkata, “Matrukul hadis (seorang yang ditinggalkan dan tidak dipakai hadisnya)."

Ibnu Hibban berkata, “Dia selalu mengaitkan riwayat-riwayat dengan Abu Sa'id al-Khudri yaitu riwayat-riwayat yang tidak pernah dikemukakan oleh Abu Sa'id."

Imam Syu'bah berkata, “Kalau aku diberi pilihan di antara 2 perkara, aku dibunuh atau mengemukakan kepada orang banyak riwayat-riwayat Abu Harun, maka aku akan memilih supaya dibunuh, aku tidak akan mengemukakan riwayatnya. Sebelum ini aku selalu mempertanyakan dari setiap qafilah yang datang tetapi kemudian dia datang ke Basrah. Padanya ada sebuah kitab. Saya membaca kitab itu. Saya mendapati dia menuliskan keburukan-keburukan Ali di dalamnya."

Iman Daraquthni berkata, "Dia seorang yang sering berubah-ubah. Kadang-kadang menjadi seorang Rafidhi (Syi'ah), kadang-kadang menjadi seorang Khariji (orang Khawarij)."

Ibnu Hibban berkata, “Riwayat-riwayat yang dikaitkannya dengan Abu Sa'id al-Khudri semuanya bohong. Abu Sa'id tidak pernah meriwayatkan begitu."

Jauzajani berkata, “Abu Harun adalah seorang pendusta besar. Dia selalu menuduh para sahabat dengan berbagai tuduhan."

Syu'bah berkata lagi, “Pernah aku pergi kepadanya dan meminta supaya menunjukkan kepadaku riwayat-riwayat yang dikaitkan Abu Sa'id dengannya. Dia meletakkan sebuah kitab di hadapanku. Di antara yang tersebut di dalam kitab itu ialah Abu Sa'id al-Khudri berkata bahwa Utsman bin Affan telah benar-benar kufur terhadap Allah sebelum beliau wafat. Saya mengembalikan kitab itu kepadanya dan terus pulang.

Itulah dia Abu Harun al-Abdi yang menulis tentang keburukan-keburukan Ali dan juga keburukan-keburukan Utsman. Jika orang seperti ini mengemukakan riwayat yang menyebut bahwa, " Setelah Nabi  menceritakan peristiwa Isra Mi'raj yang dialaminya, maka murtadlah sekian banyak orang-orang yang telah memeluk Islam; barangkali mengikut Abu Harun al-Abdi ini termasuklah juga Ali dan Utsman, karena bukanlah ketika itu tidak banyak orang-orang yang telah memeluk agama Islam.

Yahya bin Ma'in berkata, “Abu Harun mempunyai satu sahifah yang dipanggilnya Sahifah Al-Washi (penerima wasiat atau Sahifah Ali). Saleh bin Muhammad pula berkata bahwa, “Abu Harun lebih bohong daripada Firaun. Dia telah meninggal dunia pada tahun 134H." - (Lihat Mizanu al-I'tidal jilid 3 hlm. 173-174).

Klik Diagram Komentar Ulama Disini

Meniliti Matannya

Itulah sekilas cerita tentang perawi-perawi kisah Isra Nabi  dari rumah Ummu Hani yang ternyata mengalami cacat sanad. Sekarang marilah kita cermati matannya (inti ceritanya) agar lebih meyakinkan bahwa Kisah Nabi Isra dari rumah Ummu Hani adalah lemah.

1. Konon Isra dan Mi'raj terjadi di tahun kesedihan, yaitu tahun ketika Rasulullah ditinggal wafat oleh pamannya (Abu Thalib) dan isterinya (Khadijah). Peristiwa ini terjadi sekitar 2 tahun sebelum Rasulullah melakukan hijrah ke Madinah.

2. Ummu Hani diceritakan masuk Islam pada tahun 8 Hijriah ketika penaklukan Mekkah. Artinya ketika Rasulullah melakukan Isra Mi’raj, Ummu Hani belum memeluk Islam. Jadi bagaimana mungkin Nabi bisa menginap di rumahnya dan melakukan shalat berjamaah bersama dengannya?? Lagipula, konon perintah shalat itu baru ada setelah peristiwa Isra Mi’raj.

3. Siapakah yang dimaksudkan oleh Ummu Hani dengan perkataan ‘Kami’ dalam riwayat tersebut, yaitu “Kami sholat bersama Nabi"?

Kalau yang dimaksudkan “kami” di sini adalah suami beliau, Hubairah, berati Ummu Hani tidak sendirian. Dan itu tentu lebih tidak mungkin sebab Hubairah adalah orang yang memusuhi Nabi saat itu. Bahkan ketika Mekkah ditaklukkan, Hubairah memilih melarikan diri ke Najran daripada memilih untuk masuk agama Islam.

4. Menurut sejarah,  Nabi pernah melamar Ummu Hani sebelum beliau melamar Khadijah. Namun Ummu Hani menolak beliau dengan alasan bahwa orang-orang mulia hanya pantas memiliki kekerabatan dengan orang mulia lagi.

Jadi cukup mengherankan jika tiba-tiba saja Ummu Hani memasukkan laki-laki yang tidak mulia, sedang dicari-cari oleh musyrikin Mekah ke dalam rumahnya. Apalagi jika suaminya ada di rumah, ini lebih mustahil lagi sebab selain Hubairah memusuhi Nabi, juga bisa terjadi cemburu buta.

5. Tindakan Ummu Hani yang memegang ujung selimut Nabi  pada keesokan paginya menunjukkan dengan jelas bahwa Hubairah tidak ada di rumah waktu itu. Lalu siapa yang dimaksud “kami shalat berjamaah” oleh Ummu Hani?

6. Dalam cerita yang diriwayatkan Hasan Basri disebutkan bahwa setelah Nabi  mengemukakan peristiwa Isra dan Mi'rajnya itu, maka banyak sahabat yang menjadi murtad, tapi sayang kisah ini tidak diikuti oleh beberapa nama sahabat yang murtad itu. Tentu hal ini menjadi sangat penting, sebab waktu itu orang yang memeluk Islam masih sangat sedikit sekali dan hanya sekitar keluarga Nabi saja.

Isra Mi’raj Dalam Hadits Bukhari

Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin Khalid telah menceritakan kepada kami Hammam bin Yahya telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha'sha'ah radliallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bercerita kepada mereka tentang malam perjalanan Isra': "Ketika aku berada di al Hathim (atau beliau menyebutkan di al Hijir) dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang lalu membelah".

Qatadah berkata; Dan aku juga mendengar dia berkata: "Lalu dia membelah apa yang ada diantara ini dan ini". Aku bertanya kepada Al Jarud yang saat itu ada di sampingku; "Apa maksudnya?". Dia berkata; "dari lubang leher dada hingga bawah perut" dan aku mendengar dia berkata; "dari atas dadanya sampai tempat tumbuhnya rambut kemaluan. "Lalu laki-laki itu mengeluarkan kalbuku (hati), kemudian dibawakan kepadaku sebuah baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia mencuci hatiku kemudian diisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian aku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil dari pada baghal namun lebih besar dibanding keledai.".......  (HR. Bukhari No. 3598)


Menurut hadits ini, Rasulullah saat itu sedang berada di sekitar Baitullah (Ka’bah). Tentu hal ini sangat bertentangan dengan cerita Nabi tidur di rumah Ummu Hani.

Adapun cerita Isra Mi’raj ini dibuat oleh orang-orang Syi’ah atau sejenisnya untuk menjatuhkan harga diri Nabi, maka saya katakan, bahwa saya tidak memiliki pengetahuan tentang itu. Saya hanya mencoba meneliti para perawi yang meriwayatkan cerita tersebut, dan sekaligus meneliti matannya.

Adapun kebenarannya saya serahkan kepada Allah.

Allahu ‘alam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top