Selasa, 08 September 2015

MEMBACA ALQUR'AN DI MAKAM

Tidak ada komentar:

Beberapa hadits dan atsar yang dijadikan dalil anjuran membaca Al-Qur’an di kuburan:

1. Hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu

Diriwayatkan oleh Abu Muhammad Al-Khallaal (439H) rahimahullah dalam kitabnya “Fadhail surah Al-Ikhlash” hal.101 no.54:

قال: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ شَاذَانَ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَامِرٍ الطَّائِيُّ، حَدَّثَنِي أَبِي، ثنا عَلِيُّ بْنُ مُوسَى، عَنْ أَبِيهِ، مُوسَى، عَنْ أَبِيهِ، جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِيهِ، مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَلِيٍّ، عَنْ أَبِيهِ الْحُسَيْنِ، عَنْ أَبِيهِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «مَنْ مَرَّ عَلَى الْمَقَابِرِ وَقَرَأَ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} إِحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةً، ثُمَّ وَهْبَ أَجْرَهُ لِلْأَمْوَاتِ أُعْطِيَ مِنَ الْأَجْرِ بِعَدَدِ الْأَمْوَاتِ» 

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Baransiapa yang melewati kuburan dan membaca surah Al-Ikhlash sebanyak sebelas kali kemudian menghadiahkan pahalanya kepada orang yang meninggal maka ia akan diberi pahala sebanya jumlah orang yang mati”.

Hadits ini palsu karena sanadnya melalui rawi yang bernama Abdullah bin Ahmad bin ‘Amir Ath-Tha'iy[1] (324H), dari bapaknya (Ahmad bin Amir bin Sulaiman Ath-Tha'iy[2]).

Adz-Dzahabiy (748H) rahimahullah berkata: Ia meriwayatkan dari bapaknya, dari Ali Ar-Ridha dari bapak-bapaknya beberapa hadits yang palsu dan batil, tidak lepas dari pemalsuan dia atau pemalsuan bapaknya.

Lihat silsilah hadits dhaif karya syekh Albaniy rahimahullah 3/452 no.1290.

2. Hadits Anas bin Malik dan Abu Bakr Ash-Shiddiiq radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat penjelasan haditsnya di: "Yasin-an untuk orang meninggal"

3. Hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma

Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy (360H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Mu’jam Al-Kabiir” 12/444 no.13613, dan Al-Baihaqiy (458H) rahimahullah dalam kitabnya “Syu’ab Al-Iman” 11/471 no.8854:

عن أَبي شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ، ثنا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللهِ الْبَابْلُتِّيُّ، ثنا أَيُّوبُ بْنُ نَهِيكٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَطَاءَ بْنَ أَبِي رَبَاحٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلَا تَحْبِسُوهُ، وَأَسْرِعُوا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ، وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ» 

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah kalian manahannya, segeralah membawanya ke kuburannya. Dan hendaklah di dekat kepalanya dibacakan pembukaan Al-Quran (surat Al-Fatihah) dan dekat kedua kakinya dengan penutup surat al-Baqarah di kuburnya"

Hadits ini sangat lemah karena dua cacat:

1. Yahya bin Abdillah bin Adh-Dhahhak Al-Babluttiy [3] (218H); Al-Haitsamiy (807H) rahimahullah menyebutkan hadits ini dalam kitabnya “Majma' Az-Zawaid” (no.4242) dan mengatakan: "Di dalam sanadnya ada Yahya bin Abdillah Al-Babluttiy, dia dha’if (lemah periwayatannya)."


Ibnu Hibban (354H) rahimahullah berkata: Periwayatannya tidak bisa dijadikan hujjah jika sendiri (ساقط الاحتجاج فيما انفرد به).

Ibnu Adiy (365H) rahimahullah berkata: Tanda kelemahan pada haditnya sangat jelas (أثر الضعف على حديثه بين).

Periwayatan haditsnya dilemahkan juga oleh Abu Zur’ah Ar-Raziy (281H), Adz-Dzahabiy, Ibnu Hajar (852H) rahimahumullah.

2. Ayyub bin Nahiik Al-Halabiy[4]; Abu Hatim (277H) rahimahullah berkata: periwayatan haditnya lemah. Abu Zur’ah Ar-Raziy mengatakan: Haditsnya mungkar. Al-Azdiy (374H) rahimahullah mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk). Adz-Dzahabiy mengatakan: Periwayatan haditsnya ditolak oleh ulama (tarakuuhu).

Lihat silsilah hadits dhaif karya syekh Albaniy rahimahullah 9/152 no.4140.

4. Diriwayatkan juga secara mauquf dari perkataan Abdullah bin Umar

Diriwayatkan oleh Abu Bakr Al-Khallaal (311H) dalam kitabnya “Al-Qira-ah ‘inda al-qubuur” hal.88:

عن مُبَشِّر، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْعَلَاءِ بْنِ اللَّجْلَاجِ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ أَوْصَى إِذَا دُفِنَ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا، وَقَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يُوصِي بِذَلِكَ. 

Dari Abdurrahman bin Al-‘Alaa’ bin Al-Lajlaaj, dari bapaknya, bahwasanya ia berwasiat jika ia dikuburkan nanti agar dibacakan di dekat kepalanya awal surah Al-Baqarah dan akhirnya. Dan ia berkata: Aku mendengar Ibnu Umar berwasiat seperti itu.

Sanad riwayat ini sangat lemah karena Abdurrahman bin Al-‘Alaa’ Al-Lajlaaj[5] seorang yang majhuul al-‘ain, Adz-Dzahabiy mengatakan: Tidak ada yang meriwayatkan darinya kecuali Mubasysyir bin Ismail Al-Halabiy.

Lihat “Ahkaam Al-Janaaiz” karya syekh Albaniy rahimahullah hal.192.

6. Atsar Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu

Diriwayatkan oleh Abdurrazzaaq (211H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Mushannaf” 3/386 no.6043:

عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: حُدِّثْتُ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، أَنَّهُ قَالَ: «احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ فَأَلْزِمُوهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَغْمِضُوا أَعْيُنَهُمْ، وَاقْرَءُوا عِنْدَهُمُ الْقُرْآنَ»

Dari Ibnu Juraij, ia berkata: Disampaikan kepadaku tentang Umar bin Khathab bahwasanya ia berkata: Datangilah orang yang akan meninggal, tuntunlah mereka mengucapkan “Laailaaha illallah”, pejamkan matanya jika mereka meninggal, dan bacakan Al-Quran di dekatnya

Sanad ini lemah karena terputus, tidak disebutkan siapa yang menyampaikan kepada Ibnu Juraij (nama lengkapnya: Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij wafat tahun 150H)?

Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah (235H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Mushannaf 2/448 no.10882:

قال: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، أَوْ غَيْرِهِ، قَالَ: قَالَ عُمَرُ: «لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَغْمِضُوا أَعْيُنَهُمْ إِذَا مَاتُوا» 

‘Athaa’ atau selainnya berkata: Umar berkata: Tuntunlah orang yang akan meninggal dari kalian mengucapkan “Laailaaha illallah”, dan pejamkanlah matanya jika mereka meninggal.

Sanad riwayat ini juga lemah karena terputus, Ibnu Juraij meriwayatkannya dari ‘Athaa atau selainnya (ia ragu). Dan yang saya ketahui, guru Ibnu Juraij yang bernama ‘Athaa’ tidak ada yang pernah meriwayatkan hadits dari Umar bin Khattab.

Selain itu di matannya juga tidak ada “perintah membaca Al-Qur’an di sisi orang yang sudah mati”.

Selain dari Ibnu Juraij, atsar Umar radhiyallahu ‘anhu juga diriwayatkan oleh Al-Hasan Al-Bashriy (110H) dan Makhuul Asy-Syaamiiy (112H), dan sanadnya juga lemah karena terputus. Keduanya juga tidak pernah meriwayatkan hadits dari Umar dan di matannya tidak ada “perintah membaca Al-Qur’an di sisi orang mati”.

Riwayat Al-Hasan dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitabnya “Al-Mushannaf” 2/446 no.10858:

عَنْ يُونُسَ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ عُمَرُ: «احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ، وَذَكِّرُوهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَإِنَّهُمْ يَرَوْنَ وَيُقَالُ لَهُمْ» 

Dari Al-Hasan; Umar berkata: Datangilah orang yang akan meninggal dari kalian, ingatkanlah mereka mengucapkan “Laailaaha illallah”, karena sesungguhnya mereka melihat (apa yang tidak kalian lihat), dan dikatakan kepada mereka.

Al-‘Alaaiy (761H) rahimahullah berkata: Periwayatan Al-Hasan dari Abu Bakr, Umar, dan Usman, adalah mursal (terputus) tanpa diragukan. [Jaami’ At-Tahshiil hal.162]

Sedangkan riwayat Makhuul dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya (281H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Muhtadhariin” no.8:

قال: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ قَالَ: أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ: قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: «احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ وَذَكِّرُوهُمْ، فَإِنَّهُمْ يَرَوْنَ مَا لَا تَرَوْنَ، وَلَقِّنُوهُمْ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ»

Dari Makhuul; Umar bin Khathab berkata: Datangilah orang yang akan meninggal dari kalian, ingatkanlah mereka, karena sesungguhnya mereka melihat apa yang tidak kalian lihat, dan tuntunlah mereka mengucapkan syahadat “Laailaaha illallah”.

Abu Zur’ah berkata: Riwayat Makhuul dari Umar adalah mursal (terputus). [Jaami’ At-Tahshiil karya Al-‘Alaaiy hal.285]

7. Atsar Asy-Sya’biy (104H) rahimahullah

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitabnya “Al-Mushannaf” bab (مَا يُقَالُ عِنْدَ الْمَرِيضِ إِذَا حُضِرَ) “apa yang dibaca di sisi orang yang sakit jika ajalnya akan tiba” 2/445 no.10848:

قال: حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ، عَنِ الْمُجَالِدِ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: «كَانَتْ الْأَنْصَارُ يَقْرَءُونَ عِنْدَ الْمَيِّتِ بِسُورَةِ الْبَقَرَةِ» 

Dari Al-Mujaalid, dari Asy-Sya’biy ia berkata: Kaum Anshar membaca di sisi orang meninggal surah Al-Baqarah.

Sanadnya lemah karena ada rawiy yang bernama Al-Mujaalid bin Sa’id[6] (144H); Periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Yahya Al-Qathaan (198H), Imam Ahmad (241H), An-Nasa’iy (303H), Ad-Daruquthniy (385H), Ibnu Hajar, dan yang lainnya rahimahumullah.


Diriwayatkan juga oleh Abu Bakr Al-Khallaal (311H) dalam kitabnya “Al-Qira-ah ‘inda al-qubuur” hal.89, dengan sanad yang sama tapi lafadznya berbeda:


قال: أَخْبَرَنِي أَبُو يَحْيَى النَّاقِدُ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصٌ، عَنْ مُجَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: «كَانَتِ الْأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ الْمَيِّتُ اخْتَلَفُوا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُونَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ»

Dari Mujaalid, dari Asy-Sya’biy ia berkata: Kaum Anshar jika di antara mereka ada yang meninggal, maka mereka bergantian ke kuburnya membaca Al-Quran”

Sanadnya sangat lemah, karena tiga cacat:

Al-Mujaalid; periwayatan haditsnya tidak kuat.


Sufyan bin Wakii’[7] (247H) yang periwayatan haditsnya dilemahkan oleh An-Nasaa’iy, Adz-Dzahabiy, Ibnu Hajar dan yang lainnya. Abu Zur’ah berkata: Ia dituduh sebagai pembohong.

Lafadz haditsnya menyalahi riwayat Ibnu Abi Syaibah yang lebih kuat.

Wallahu a’lam!



[1] Lihat biografi Abdullah bin Ahmad bin Amir Ath-Tha'iy dalam kitab: Taarikh Bagdaad karya Al-Khathiib 11/27, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Jauziy 2/115, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 2/390, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 4/425.

[2] Lihat biografi Ahmad bin Amir Ath-Tha'iy dalam kitab: Taarikh Bagdaad 5/551, Dzail Miizaan Al-I'tidaal karya Al-'Iraqiy 8/33, Lisaan Al-Miizaan 1/490.

[3] Lihat biografi Yahya bin Abdillah Al-Babluttiy  dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 9/164, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 3/127, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 9/119, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/199, Miizaan Al-I'tidaal 4/390, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.593.

[4] Lihat biografi Ayyub bin Nahiik dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/259, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/133, Miizaan Al-I'tidaal 1/294, Lisaan Al-Miizaan 2/256.

[5] Lihat biografi Abdurrahman bin Al-‘Alaa’ Al-Lajlaaj dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/272, Ats-Tsiqaat karya Ibnu Hibban 7/90, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 17/332, Miizaan Al-I'tidaal 2/579, Taqriib At-Tahdziib hal.348.

[6] Lihat biografi Mujaalid bin Sa’id dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.116 , Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.236 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 4/232, Al-Jarh wa At-Ta'diil 8/361, Al-Majruhiin 3/10, Al-Kaamil 8/166, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daruquthniy 3/134, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/35, Miizaan Al-I'tidaal 3/438, Taqriib At-Tahdziib hal.520.

[7] Lihat biografi Sufyan bin Wakii’ dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.192 , Al-Jarh wa At-Ta'diil 4/231, Al-Majruhiin 1/359, Al-Kaamil 4/479, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/4, Al-Mugniy fi Adh-Dhu’afaa’ karya Adz-Dzahabiy 1/269, Taqriib At-Tahdziib hal.245.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top