Berikut adalah kelanjutan dari artikel-artikel sebelumnya mengenai tuduhan orang-orang kafir bahwa al-Qur'an memuat banyak sekali kontradiksi. Padahal setelah MM analisa, tuduhan tersebut tidaklah benar dan dibuat secara membabi buta tanpa mempedulikan faktor keilmuan.
16. Dari manakah manusia itu diciptakan? Dari Segumpal Darah (Qs. 96:1-2).
Hal ini bertentangan dengan: Manusia diciptakan dari air (Qs. 21:30, 24:45, 25:54). Manusia diciptakan dari tanah liat kering yang berasal dari Lumpur hitam (Qs. 15:26). Manusia diciptakan dari tanah (Qs. 3:59, 30:20, 35:11). Manusia diciptakan dari bahan yang tidak ada sama sekali (Qs. 19:67). Manusia diciptakan dari bumi (Qs. 11:61). Manusia diciptakan dari sperma (Qs. 75:37). Bertentangankah ayat-ayat ini?
JAWABAN MM : Sebenarnya ayat-ayat yang disebutkan di atas sangat mudah difahami bagi orang-orang yang berpikir adil, tapi bagi orang-orang yang berusaha mencari-cari kesalahan al-Qur’an, maka ayat sesimpel inipun menjadi seolah-olah sangat sulit dimengerti .
Ayat-ayat diatas menceritakan tentang penciptaan manusia yang berbeda-beda pada waktu dan konteks yang berbeda-beda pula.
1. Manusia berasal dari tanah, siapapun mengakui bahwa nenek moyang bangsa manusia (Adam) telah secara umum diketahui diciptakan dari bahan dasar tanah. Dan lumpur adalah tanah juga.
2. Manusia diciptakan dari ketiadaan. Siapapun bisa mengerti bahwa pada awalnya kita tidak ada sama sekali di atas muka bumi ini, kemudian diadakan (diciptakan).
3. Manusia berasal dari sperma. Kenapa dipermasalahkan? Bukankah ini adalah sesuatu yang benar. Begitupun ungkapan manusia berasal dari air, memiliki makna tersirat bahwa air yang dimaksud adalah air sperma.
4. Manusia berasal dari segumpal darah. Ini adalah bagian dari fase pembentukan janin di dalam rahim, dan seandainya ada kalimat "manusia berasal dari rahim wanita" hal ini pun benar, sebagai bagian dari fase kejadian manusia.
Kesimpulannya, seluruh pernyataan dalam ayat-ayat itu benar dan dipahami secara umum bila dilihat dari konteksnya.
17. Bolehkah menjadi perantara/orang yang bersyafaat atau tidak pada Hari Penghakiman? Boleh (Qs. 20:109, 34:23, 43:86, 53:26).
Hal ini bertentangan dengan: Menjadi perantara/orang yang bersyafaat pada Hari Penghakiman/ Akhir Zaman adalah tidak boleh (Qs. 2:122-123, 2:254, 6:51, 82:18-19). Bertentangankah ayat-ayat ini?
JAWABAN MM : Mungkin maksud dari pertanyaan tersebut adalah "bisakah manusia memberi syafa'at pada hari akhir? Jawabannya "bisa" menurut Qs. 20:109, 34:23, 43:86, dan 53:26. Bukankah hal ini bertentangan dengan Qs. 2:122-123, 2:254, 6:51, dan 82:18-19 yang menyebutkan bahwa manusia tidak bisa memberikan syafaat bagi manusia lainnya?
Pada hakikatnya syafa’at itu milik Allah, tidak seorangpun bisa memberi syafaat kepada orang lain KECUALI atas izin Allah.
Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya. [Qs. 20:109]
Ini sama seperti kita sekolah, duduk di dalam kelas dan tidak boleh ada yang keluar selama jam pelajaran KECUALI jika guru yang mengajar mengizinkan siswanya keluar untuk sebuah keperluan.
Ini ayat yang mudah dipahami bagi orang-orang yang adil, bukan bagi orang-orang yang berusaha mencari-cari kesalahan al-Qur’an.
18. Dimanakah Allah dan tahtanya? Dekat daripada urat leher manusia (Qs. 50:16).
Hal ini bertentangan dengan: Allah berada di tahtanya/arasynya (Qs. 57:4) Allah tahtanya berada di atas air (Qs. b11:7). Allah tahtanya berada antara 1.000 hingga 50.000 tahun untuk dijangkau (Qs. 32:5, 70:4). Bertentangankah ayat-ayat ini?
JAWABAN MM : Allah lebih dekat dengan urat leher manusia adalah kalimat kiasan bahwa Allah senantiasa memperhatikan kita, sehingga seluruh gerak-gerik kita tidak ada yang terluput satu detik pun dari pengawasan-Nya. Hanya orang bodoh yang menafsirkan kalimat ini dengan mengatakan bahwa tempat tinggal Allah ada di urat leher manusia.
Tahta Allah berada di atas air, inipun kalimat kias. Bagi muslim sudah menjadi kefahaman umum bahwa Allah menciptakan semua yang hidup dari air, sehingga maksud tahta Allah berada di atas air adalah bahwa Allah berkuasa atas seluruh makhluk hidup.
Adapun Arsy sering diidentikkan oleh sebagian orang sebagai tempat Allah tinggal dan mengurus seluruh ciptaannya. Menurut beberapa keyakinan ulama, Arsy berada di langit yang jika ditempuh oleh manusia biasa akan menghabiskan waktu 50.000 tahun. Namun sebagian ulama lain menolak teori ini dengan alasan bahwa Allah tidak membutuhkan tempat tinggal.
Kesimpulan : Tidak ada pertentangan pada ayat-ayat di atas, ini hanya masalah sudut pandang pemahaman dan konteks yang sedang dibicarakan.
19. Siapakah sumber malapetaka?
Sumber malapetaka adalah Setan di dalam diri manusia atau gangguan (Qs. 38:41).
Hal ini bertentangan dengan: Sumber malapetaka adalah kita sendiri (Qs. 4:79). Sumber malapetaka adalah Allah sendiri (Qs. 4:78). Bertentangankah ayat-ayat ini?
JAWABAN MM : Mari kita perhatikan ayat-ayat yang dimaksud...
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan." [Qs. 38:41]
Ayat di atas dianggap kontradiksi dengan ayat berikut,
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. [Qs. 4:78-79]
Seperti yang telah umum diketahui bahwa Ayub pernah mengalami ujian yang sangat berat. Hartanya habis, anak-anaknya mati, tubuhnya dipenuhi borok sehingga isteri-isterinya tidak mau lagi mengurusinya. Penderitaan ini dialami oleh Ayub kurang lebih selama tujuh tahun.
Dalam Bible kita bisa membaca bahwa kesengsaraan Ayub disebabkan oleh Setan yang ingin menguji kesabaranya. Hal ini karena Tuhan berbangga tentang Ayub yang dipastikan akan tetap mengabdi kepada-Nya apapun yang terjadi. Setan yang mendengar hal itu lantas meminta kepada Tuhan agar Ayub diuji dengan penderitaan-penderitaan yang menurutnya tidak akan sanggup ditanggung oleh Ayub.
Ayub adalah seorang hamba Tuhan yang sangat taat, ia enggan menyalahkan Tuhan karena ia tahu bahwa setanlah yang telah berusaha mencobainya.
Lantas apakah pernyataan Ayub ini bertentangan dengan ayat berikut,
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. (Qs. An-Nisaa : 79)
Penganut agama langit sudah memahami bahwa setan selamanya akan menggoda manusia untuk berbuat jahat, tapi pilihan dilakukan atau tidak kejahatan itu adalah pilihan manusia itu sendiri.
Kesimpulannya, apa yang dialami Ayub tidaklah bisa diterapkan kepada orang-orang berdosa karena penderitaan Ayub merupakan ujian atas kesabaran dan ketaatannya kepada Tuhan, sementara kesalahan manusia bukanlah ujian, melainkan jalan dosa yang ia pilih sendiri.
20. Apakah Allah memerintahkan untuk melakukan kejahatan dan perbuatan keji? Tidak! (Qs. 7:28, 16:90).
Hal ini bertentangan dengan: Allah memerintahkan untuk melakukan kejahatan dan perbuatan keji? (Qs. 17:16, Qs. 5:33, Qs. 8:12, Qs. 8:17).
JAWABAN MM : Lagi-lagi, saking sulitnya mencari kelemahan dan kesalahan al-Qur’an, DK mengajukan sebuah pertanyaan yang memancing manusia berakal untuk tertawa. Bagaimana tidak, ayat yang terang benderang ini dianggap kontradiksi, padahal permasalahannya bukan pada al-Qur’an tapi pada pola pikirnya yang picik dan sempit.
Berikut ayat yang menurutnya bertentangan...
Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." [Qs. Al-A’raf : 28]
Ayat di atas dianggap bertentangan dengan ayat berikut,
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [Qs. 17:16]
Mungkin DK memahami ayat tersebut bahwa Allah memerintahkan orang-orang kaya untuk menghancurkan sebuah negeri, padahal jika kita cermati ayatnya tidaklah seperti itu. Silakan baca sendiri!
Juga dianggap bertentangan dengan ayat ini,
"Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. (Qs. Al-Maidah : 33)
Ayat ini berbicara hukum perang terutama dalam konteks pengkhianatan! Bagi Allah, tidak ada hukum yang lebih setimpal bagi seorang pengkhianat selain dibunuh atau disalib, dan paling ringan adalah diusir dari negeri kaum muslimin. Kecuali para pengkhianat itu taubat sebelum tertangkap, maka Allah membebaskan mereka dari hukuman.
kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Maidah : 34)
Hukum seperti ini digunakan oleh seluruh negara di penjuru dunia, baik kondisi berperang maupun tidak karena para pengkhianat jauh lebih berbahaya daripada penjajah.
Juga dianggap bertentangan dengan ayat berikut,
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman." Kelak akan Aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka. (Qs. Al-Anfal : 12)
Ayat ini kondisional, yaitu dalam posisi peperangan sehingga tidak bisa diterapkan dalam kondisi damai. Salah kaprah jika memahami ayat ini sebagai perintah berbuat keji karena dalam perang hanya memiliki dua kondisi, yaitu; dibunuh atau membunuh.
Juga dianggap bertentangan dengan ayat berikut...
Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Qs. Al-Anfal : 17)
Ini adalah ayat lanjutan dari ayat sebelumnya.
KESIMPULAN : Singkatnya seperti ini, "Dalam ayat-ayat ini, Allah mewahyukan kepada Muhammad agar tidak gentar menghadapi serbuan dan gangguan orang-orang kafir. Jika mereka menyerang, maka balas dan serang balik mereka." Bagi orang-orang yang tahu diri, tentu saja ayat semacam ini sebagai bentuk mempertahankan diri, bukan sebagai perintah untuk berbuat keji.
Allahu alam...
Menuju ke halaman selanjutnya (Kontradiksi al-Qur'an 5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar