Jumat, 29 April 2016

YESAYA PASAL 9

Tidak ada komentar:
Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini. (Yesaya 9:7)

Ini adalah Nubuat yang sangat di favorite-kan oleh orang-orang Kristen ketika menjelaskan sosok Yesus. Menurut mereka, Nubuat ini sangat cocok dengan diri Yesus (tepatnya di paksakan cocok) sebab hanya Yesus yang berkuasa selama-lamanya di atas takhta Daud.

Seperti yang sudah saya jelaskan di artikel-artikel sebelumnya, bahwa Yesus BUKAN pewaris takhta Daud, dan beliau pun TIDAK pernah duduk sedetikpun di atas takhta Daud. Meski orang Kristen berkelit dengan mengatakan “Secara Rohani”.. tapi Daud dan keturunannya seperti Salomo, Yosia, dan lain-lain bertakhta secara Jasmani (bukan secara Rohani). Jadi, jawaban Yesus menjadi raja secara Rohani adalah jawaban yang mengada-ada untuk menutupi kelemahannya saja.

Kalau masih memaksa dengan jawaban “Secara Rohani”, maka perlu di ketahui, Yesus TIDAK pernah dan TIDAK BISA menjadi raja rohani orang-orang Israel sejak awal hingga saat ini, apalagi memerintah mereka. Itu terbukti dengan tidak diakuinya Yesus sebagai mesias oleh orang-orang Yahudi (keturunan yehuda).

Sebenarnya, Yesaya 9:7 bukanlah ayat yang menyendiri. Masih ada ayat-ayat sebelum dan sesudahnya yang slaing menjelaskan. Dan tentu saja perikop ini harus dikaji dengan seksama. Dan kita mulai dari awal perikopnya agar jelas.

Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain. (Yesaya 9:1)

Ayat ini menjelaskan kondisi keterpurukan Yehuda pada saat itu (silakan baca mulai dari pasal 7). Dengan ayat Yesaya 9:1 ini, Tuhan ingin memberitahukan bahwa negeri Yehuda tidak akan selamanya suram dan terpuruk. Suatu hari dia akan memuliakan negeri tersebut dengan kesejahteraan.

Tanah Zebulon dan tanah Naftali dahulu dianggap sebelah mata, namun kemudian Tuhan akan memuliakannya. Dan seperti kita tahu, Yesus TIDAK berasal dari kedua tanah tersebut sehingga tanah tersebut menjadi mulia oleh karena sosoknya.

Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. (Yesaya 9:2)

Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan. (Yesaya 9:3)

Bangsa yang berjalan dalam gelap tersebut tentulah bangsa Yehuda yang saat itu sedang terpuruk, dan mereka telah melihat tanda-tanda bahwa negeri mereka akan mengalami kemajuan dan suka cita serta lepas dari keterpurukan. Tentu penjelasan ini akan disebut mengada-ngada sebelum membaca penjelasan selanjutnya.

Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian. (Yesaya 9:4)

Kuk, gandar dan tongkat si penindas disini artinya beban kesengsaraan yang sedang dialami oleh rakyat Yehuda. Dan beban itu akan dipatahkan (dilenyapkan) seperti dilepanyapkannya penjajahan bangsa Midian atas mereka dulu.

Lalu bagaimana dengan Yesus? Apakah dia menggenapi nubuat ini?

Bahkan dia tidak bisa mengusir Romawi yang sedang menjajah israel (tongkat si penindas). Bahkan penduduk Israel tidak mengakuinya sebagai pemimpinnya meski banyak mukjizat yang dilakukannya.

“Ah, maksudnya Yesus membebaskan manusia dari maut” jawab beberapa Kristen yang pernah dialog dengan saya.

Maka saya katakan, seharusnya Yesus bisa menghilangkan segala macam penderitaan sebab disitu tertulis 3 kata, yaitu : Kuk, Gandar dan Tongkat si penindas. Dan jawaban membebaskan manusia dari kutuk maut sangat tidak beralasan sekali. Sebab saat ini pun manusia masih berada dalam bayang-bayang dosa.

Bahkan dia jelas-jelas tidak mematahkan kuk dan gandar seperti yang tertulis dalam nubuat Yesaya tersebut, melainkan memasangkannya kepada orang-orang.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Matius 11:29-30)

Dia malah memasangkan kuk, bukan mematahkannya. Jadi, sampai sinipun kita bisa mengerti bahwa Yesus TIDAK cocok dengan nubuat ini.

Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api. (Yesaya 9:5).

Artinya penindasan, penjajahan hanya akan tinggal nama. Ibarat sepatu tentara dan jubah yang berlumur dosa di masukkan ke dalam api (dibakar). Sementara Yesus tidak bisa mengusir seorang pun penindas dari tanah yang dia pijak saat itu, boro-boro melepaskan seluruh rakyatnya dari penindasan.

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Yesaya 9:6)

Perhatikan kata TELAH pada ayat ini. 

TELAH dalam bahasa apapun artinya sesuatu yang telah terjadi, berbeda dengan Nubuat yang akan menggunakan kata “AKAN” yang menjelaskan peristiwa yang belum terjadi.

Dengan kata lain, ketika Yesaya menulis kitab ini, anak yang dimaksud SUDAH lahir keduania ini. Sementara Yesus saat itu belum dilahirkan sama sekali, jadi bagaimana mungkin disebut-sebut menggenapi nubuat ini?

Jika ada yang bertanya, “Kalau bukan Yesus, lalu siapa yang namanya disebut Penasihat ajaib, Allah yang Perkasa, Bapak yang kekal, Raja Damai?”

Maka dengan jujur saya jawab, bahwa saya tidak tahu. Tapi yang jelas, Yesus pun tidak pernah di sebut dengan gelar-gelar tersebut ketika beliau masih hidup. Meski orang Kristen menganggap bahwa Yesus adalah Bapak itu sendiri, tapi tidak seorangpun orang yang hidup sezaman dengan Yesus menganggapnya sebagai Bapak (Tuhan pencipta). Jangankan orang lain, orangtua dan murid-muridnya pun TIDAK PERNAH menganggap Tuhan yang menciptakan diri mereka. Satu contoh, ketika Yesus dianggap bangkit dari kematian... semua muridnya ketakutan. Ketika ditanya Yesus, kenapa mereka harus takut? Jawab mereka, sebab mereka seperti melihat hantu.

Coba pikir sejenak dengan hati yang bening, yang mati jadi setan (hantu) hanya manusia. Mungkinkah murid yang selama ini menganggap Yesus sebagai Tuhan memiliki pikiran kalo Tuhan mati pun bisa menjadi hantu? Benar-benar tidak masuk akal.

9:7 (9-6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

Dan sudah saya jelaskan di atas, bahwa Yesus tidak pernah duduk di atas takhta Daud sedetikpun. Dia tidak pernah memerintah Israel baik secara lahiriah maupun rohaniah. Berbeda dengan Solomo, Rahebeam, Yosia, dan lain-lain yang jelas-jelas pernah duduk dan memerintah Israel di atas takhta Daud.

Dan kita tidak bisa mencocok-cocokkan sebuah nubuat dengan penggenapan seseorang sehingga seluruh syarat nubuatnya tergenapi. Katakanlah jika nubuat itu mengatakan akan memuliakan Zebulon... maka penggenapannya pun harus berhubungan dengan negeri ini. Jika tidak, maka orang tersebut gagal memenuhi nubuat meski dia pernah duduk di atas takhta Daud sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top