Hadits
yang berbunyi:
تَوسَّلوا بجاهي فإنَّ جاهي عندَ اللهِ عظيمٌ
“Bertawassul-lah
dengan kedudukanku, karena kedudukanku sangat agung di sisi Allah”
DERAJAT
HADITS
Hadit
sini tidak ada asal-usulnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah dalam Al-Qa’idah
Al Jalilah.
Syaikh
Al Albani berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa kedudukan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
itu sangat tinggi di sisi Allah. Allah Ta’ala telah mensifati Nabi Musa dengan
firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka
katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi
Allah”
(QS. Al Ahzab: 69)
Padahal
kita ketahui bersama bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam lebih mulia dari Nabi Musa. Dari sini maka beliau Shallallahu’alaihi Wasallam pasti
lebih mulia daripada Nabi Musa sisi Allah. Namun antara hal ini dengan masalah
tawasul itu beda pembahasan. Tidak boleh untuk dicampur-adukkan sebagaimana
yang dilakukan oleh sebagian orang. Karena orang yang bertawassul dengan
kedudukan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam mereka bertujuan agar doanya semakin terkabulkan.
Sedangkan semacam ini termasuk perkara yang tidak mungkin di ketahui dengan
akal belaka, karena termasuk perkara gaib yang tidak bisa diketahui dengan akal
belaka. Harus ada dalil shahih yang bisa dijadikan sebagai sebuah hujjah, dan
hal itu tidak bisa ditemukan di sini” (lihat Silsilah
Adh Dha’ifah, 22)
[Dikutip
dari buku “Hadits Lemah
dan Palsu Yang Populer Di Indonesia“, karya Ust. Ahmad Sabiq, hal
263]
Banyak
ustadz yang mempopulerkan hadits ini dengan hanya mengatakan : “Hadits Nabi”
atau “Hadits Shahih” sambil tidak mengatakan riwayat siapa, apalagi rawi sanad
dan nomor-nya sehingga banyak umat yang makin meyakini bahwa “meminta dengan
perantara nabi yang sudah wafat” adalah amal ibadah yang tuntunannya sangat
dianjurkan.
Sudah
menjadi kewajiban para ustadz dan juru ceramah untuk meneruskan risalah nabi
agar umat menjadi lebih mengerti tentang Islam, tapi tentu dengan ajaran-ajaran
yang shahih.
Allahu
‘alam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar