Sebelumnya Allah telah
meng-isyaratkan bahwa kebenaran isi Al-Qur’an akan terbukti beberapa waktu
lagi.
Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Quran
setelah beberapa waktu lagi
(Qs. Shaad : 88)
Artinya, ketika ayat
itu turun para sahabat tidak pernah mempertanyakannya panjang lebar melainkan “sami’na
wa atha’na” (kami dengar dan kami ta’at). Berbeda dengan manusia zaman sekarang
yang serba penasaran dan selalu ingn membuktikan segala sesuatu yang di dengar
maupun yang dibacanya. Hingga satu persatu, kebenaran yang tertulis dalam Al-Qr’an
yang turun 1400 tahun lalu itu terbuktikan. Dan tentu hal ini membuat para
mufasir merevesi ulang tafsiran ulama-ulama sebelumnya yang ketika itu masih
belum dinampakkan bukti-buktinya.
Yang lebih
mengherankan, sepertinya Allah tidak menginginkan bahwa kebenaran Al-Qur’an
dibuktkan oleh hamba-hambanya yang Muslim, melainkan dibuktikan oleh
orang-orang Non-Muslim. Dan tujuannya sangat jelas, agar tidak terjadi
pembantahan dan pengingkaran oleh orang-orang Non-Muslim tersebut. Sebab seandainya
kebenaran Al-Qur’an dibuktikan oleh sarjana-sarjana Muslim maka mereka
(Non-Muslim) akan membantah bahwa pembuktian itu hanyalah akal-akalan kaum
muslim saja.
Persis dengan ayat
berikut : Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Quran itu datang
dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil
mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al Quran lalu dia
beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim." [Qs. Al-Ahqaaf : 10]
Meski
tafsir-nya bukan kesana namun indikasi ceritanya sama..
Allahu ‘alam....
"Ada
laut yang di dalam tanahnya ada api" (Qs. Ath-Thur
6).
Subhanallah!
Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan
lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu
derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak
bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah ruah, ia
tidak bisa memadamkan api.
Allah bersumpah
dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya: "Ada
laut yang di dalam tanahnya ada api" (Qs. Ath-Thur 6).
Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang
berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di
bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Ulasan
Hadits Nabi
Hadits ini sangat
sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah
Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan
sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api "al-bahrul
masjur." Sumpahnya:
"Demi
bukit(Sinai), dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi
Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam
tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun
yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)
Bangsa Arab, pada
waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah
Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab
(kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran
hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas
dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas
itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup
berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?
Tampak jelas bahwa
gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan
berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang
dahsyat.
Persepsi demikian
mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat
(bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT: "Dan apabila lautan dipanaskan" (QS.
At-Takwir 6).
Memang, ayat-ayat
pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik
yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur
semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat
ditemukan dalam hidup kita (di dunia).
Hal inilah yang
mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja
“sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata
menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan
“kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan
penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan
kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan
anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang
rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke
daratan.
Namun, hadits
Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada
lautan.
Setelah Perang Dunia
II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka
mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya
di daratan akibat konsumenisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang
ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain)
yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera
bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera'.
Dengan mengkaji
rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung
tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic
rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui
sebuah jaring retak yang sangat besar.
Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola
bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera
dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak
ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak
bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis,
semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.
Bebatuan lunak ini
didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa
lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat
Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong
kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh
para ilmuwan dengan "fenomena perluasan dasar laut dan samudera."
Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang
dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu
menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.
Meskipun sebegitu
banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma
tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan
samudera.
Salah satu fenomena
yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu banyak,
air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut.
Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera.
Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi,
termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah
lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan
Allah SWT yang tiada batas.
Laut Merah misalnya,
merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara
keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang
tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk
mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal proyek
ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar
Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang
air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan
kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya.
Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai
3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan
ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap
samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang
terjadi di daratan.
Terbukti pula dengan
beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah
SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung
berapi.
Kemudian terbukti
pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi
dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik
dari setiap moncong gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi
menembus lapisan ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak
bumi. Di dalam pisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan
air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di
permukaan bumi.
Dari sini tampaklah
kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang
mencengangkan dengan sabda:
"Sesungguhnya
di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan."
Sebab fakta-fakta ini
baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun
terakhir. Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam
hadits Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan
Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu
langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar
Allah yang menyatakan:
"Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang
cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia
berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi,
maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih
dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah
Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)
Tidak seorang pun di
muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade
terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar
merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan
kesempurnaan kerasulannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar